Keesokan paginya, Brielle mengantar Anya ke rumah mertua. Meira memang sedang rindu pada cucunya."Ibu, tolong jaga Anya untuk beberapa hari ini," ujar Brielle.Meskipun pandangan Meira terhadap Brielle sudah agak berubah, dia tetap tidak menyukai sifat menantunya itu."Hari Jumat aku bakal ke luar negeri, jadi Kamis malam kamu datang jemput dia ya," kata Meira.Brielle tertegun. "Nenek juga ikut ke luar negeri?""Nenekmu tetap di sini, Raline yang temani. Kalau kamu ada waktu, datanglah buat jenguk dia," jawab Meira."Baik." Brielle mengangguk.Pukul 10 siang, Brielle dan Syahira sedang membicarakan urusan perceraian di sebuah kafe. Dari arah pintu masuk, seorang pria yang tampak energik berjalan masuk. Usianya sekitar 28 atau 29 tahun, tingginya hampir 1,85 meter. Dia memakai jas, memancarkan wibawa dan semangat yang tegas, memberi kesan cerdas dan cekatan."Ini kakak kelasku, Farel," kata Syahira sambil berdiri memperkenalkan. "Ini temanku, Brielle."Brielle menjabat tangan Farel se
Magbasa pa