Langit sore itu cerah, tapi udara di ruang tamu rumah Pak Bambang mendadak beku. Hening. Bahkan detak jarum jam tua di dinding terasa menggelegar di telinga semua yang hadir. Haris masih berdiri tegak, memegang lembaran kertas putih yang tadi diberikan Lita. Matanya menatap isi tulisan yang telah ia bacakan, kemudian menoleh ke arah Lita perlahan.“Lita,” suaranya tenang, tapi dingin. “Apa maksudmu memberikan hasil lab seperti ini kepadaku, tepat di hari perkenalan resmi aku dan Aluna?”Lita menggigit bibir bawahnya. Napasnya dangkal. Keringat panas dingin mengalir dari pelipis, membasahi leher dan bagian punggung kebaya biru pastel yang ia kenakan. Semua mata kini tertuju padanya, termasuk Aluna—yang duduk membeku, wajahnya pucat pasi, matanya membelalak tak percaya.Lita mencoba tersenyum, meskipun getir. “Aku hanya… ingin Mas Haris tahu kebenaran sebelum semuanya terlambat,” katanya lirih, nyaris tercekat. “Aku… cuma berpikir, kalau Aluna benar-benar menyayangi Mas Haris, seharusny
Huling Na-update : 2025-08-27 Magbasa pa