Rendi mendelik tajam ke arah Lita, wajahnya memerah bukan hanya karena malu, tapi juga karena lengannya baru saja dicvbit keras."Aduh, Lit! Sakit tahu!" desisnya dengan suara tertahan.Lita menyilangkan tangan, berdiri seperti patung marah di depan sofa. "Sakit lebih baik daripada kamu terus-terusan melirik mantan pacar kamu kayak orang haus perhatian!""Apa maksud kamu?" Rendi membalas dengan suara meninggi. "Aku cuma kaget lihat dia tampil beda, itu aja!""Oh, jadi sekarang kamu puji-puji dia? Aluna makin cantik, ya? Kamu pikir aku nggak denger tadi kamu ngomong gitu?!"Aluna berdiri kikuk di dekat pintu, matanya bergerak tak tentu arah, bingung harus ikut campur atau mundur pelan-pelan.Rendi membuang napas berat, lalu menyapu rambutnya ke belakang. "Lita, kamu tuh selalu begitu. Cemburuan, kasar, main tuduh seenaknya. Aluna itu... dia beda. Dia lembut, nggak ribut, nggak bikin aku capek kayak kamu!"Tamparan verbal itu membuat wajah Lita memucat. "Jadi kamu bandingkan aku sama di
Terakhir Diperbarui : 2025-08-13 Baca selengkapnya