“Gendis bisa Mama dekati lagi,” ucap Ibu Raka pelan, matanya menyipit, seperti sedang menyusun strategi. “Tapi kan belum berhasil ketemu, Ma,” jawab Raka, nada suaranya ragu. “Kamu liat aja nanti... pasti dia mau ketemu Mama,” ucap Ibu Raka, senyum tipis tersungging di bibirnya, senyum yang lebih terasa dingin daripada hangat. “Mama bakal dekati dia terus, bawa makanan kesukaan dia. Bicara hal-hal baik, manis, sampai dia nggak bisa nolak lagi,” lanjutnya, seolah sedang meracik jebakan. “Tapi kalau bisa kan jangan ditunda-tunda, Ma,” ucap Raka, napasnya berat, ada rasa gelisah yang sulit ia sembunyikan. “Raka...” Ibu Raka menatap putranya tajam. “Mendekati orang yang kita suka itu jangan langsung serobot. Tarik ulur dulu, tenang, sabar. Biarkan dia merasa butuh. Kamu kayak nggak pernah deketin perempuan, aneh deh...” ucapnya sambil terkekeh, namun tawanya terdengar lebih mirip sindiran. Raka hanya terdiam, merasakan dinginnya kata-kata ibunya yang menusuk. ••• “Aku haru
Terakhir Diperbarui : 2025-09-12 Baca selengkapnya