Sementara itu, di dalam kamar, Rain dan Gendis terlibat perdebatan kecil yang semakin memanas. “Mas, aku harus pulang,” ucap Gendis dengan suara bergetar, air mata sudah membasahi pipinya. “Sayang, kamu nggak boleh jauh dari saya. Kamu mau pulang? Artinya harus sama saya,” ucap Rain tegas, matanya menatap Gendis tanpa kedip. “Mas, kamu dengar kan kata Mama tadi? Aku malu, Mas…” ucap Gendis dengan isak tertahan, tangannya meremas ujung selimut. “Ya udah, kita pulang ke kontrakan,” ucap Rain akhirnya, suaranya berat. “Tapi nggak sama kamu, Mas…” ucap Gendis sambil menangis, bahunya bergetar menahan sesak. “Sayang, saya nggak bisa!” seru Rain, lalu ia langsung memeluk tubuh Gendis erat-erat seolah tak ingin melepas. “Tolong, Mas, ngerti… aku nggak mau kamu jadi anak durhaka sama orang tua, Mas. Biarin aku pulang dan tinggal sendiri sementara…” ucap Gendis lirih, tangisnya pecah di dada Rain. “Saya nggak mau. Saya maunya sama kamu sampai mati,” ucap Rain penuh tekad, suara
Terakhir Diperbarui : 2025-09-05 Baca selengkapnya