“Raka, kamu sudah tahu Gendis menikah sama psikolog itu?” tanya ibunya pagi itu saat berkunjung di kediaman Raka. “Iya, Ma,” jawab Raka dengan nada datar, sambil menyusun piring bersih yang baru saja ia cuci. “Kamu nggak ketemu dia lagi? Komunikasi?” tanya ibu Raka sambil duduk di ruang makan, menatap Raka penuh harap. “Terakhir… cuma ketemu di rumah Mama. Selebihnya, nggak pernah lagi, Ma. Dia nggak mau ketemu aku lagi,” ucap Raka, suaranya rendah, menahan rasa kecewa. “Mama paham kenapa dia begitu. Dia pasti masih kecewa sama kamu,” ucap ibunya, nada lembut penuh pengertian. “Tapi… kalau misalnya Mama yang hubungi Gendis, apa dia mau ya, Ma?” tanya Raka, menunduk sambil mengaduk-ngaduk secangkir teh. “Memangnya apa alasan Mama buat ketemu dia?” tanya ibu Raka, matanya menyiratkan keingintahuan. “Ya… basa-basi gitu, tanya kabar atau soal pernikahannya,” ucap Raka, kemudian duduk di ruang makan bersama ibunya, wajahnya terlihat pasrah. “Kamu mau Mama hubungi dia, buat
Last Updated : 2025-09-11 Read more