Ciuman itu semakin dalam. Bibir keduanya saling melumat rakus, lidah saling mengejar, menjerat, dan memabukkan. Nafas mereka berpadu, panas, liar. Rain menarik ke atas lingerie tipis yang membungkus tubuh istrinya, dan dalam sekejap segala batas terbuka. Gendis sempat menahan nafas, tubuhnya gemetar bukan hanya karena hasrat, tapi juga perasaan bersalah yang masih menempel. Namun tatapan Rain—penuh obsesi, penuh cinta yang tak bisa dihentikan—membuatnya menyerah. “Ah...” desah Gendis pecah ketika Rain menurunkan mulutnya, melumat dadanya dengan lidah dan gigitan kecil. Tangannya refleks meraih kaos oblong Rain, menariknya kasar hingga terlepas, noda darah kering di kain itu seakan mengingatkan Gendis pada malam penuh kengerian. Tapi kini, noda itu melebur dengan gairah yang mendidih. Rain menciumi setiap inci kulit istrinya, seolah ingin menandai, menaklukkan, dan meyakinkan dirinya bahwa Gendis masih miliknya sepenuhnya. Tangannya meremas dada Gendis, lalu turun perlahan, men
Terakhir Diperbarui : 2025-09-15 Baca selengkapnya