All Chapters of Kini Aku Jadi Tantemu!: Chapter 61 - Chapter 70

Aurora sama sekali tidak terlihat sedang berpura-pura.Sepertinya, dia benar-benar tulus ingin merawat Elric.Apalagi, saat ditawari gaji bulanan hingga miliaran, dia tetap tidak langsung setuju.Kecuali kalau tujuan sebenarnya adalah memancing hal yang lebih besar...Yaitu Zayden sendiri.Zayden mengangkat sedikit alisnya. Jika memang begitu, maka semua ini hanya strategi tarik ulur.Namun, pada akhirnya, serigala berbulu domba pun akan memperlihatkan jati dirinya. Jika Aurora benar-benar sedang berakting sekarang, dia layak mendapat penghargaan sebagai aktris terbaik di Oscar."Tidak perlu seperti ini. Kamu bukan pengasuh pribadi Elric."Zayden tidak menghentikan mobil, malah terus melaju.Menatap wajah samping Zayden yang tampak dingin dan tajam, Aurora tiba-tiba sadar sikapnya tadi memang terlalu berlebihan. Dia dan Elric sama sekali tidak memiliki hubungan darah, bahkan belum pernah setuju untuk menjadi pengasuh pribadi Elric. Akan tetapi, sekarang, sikapnya yang terlalu perhatian

Setelah dibentak seperti itu oleh Aurora, sorot mata Kael terlihat ragu. Kelopak matanya turun, suaranya terdengar pilu."Ayah... benar-benar tidak mau aku lagi?""Selama kamu rajin sekolah, belajar dengan baik, dan jadi anak yang hebat, dia pasti akan menginginkanmu," jawab Aurora. Dia tak tega melihat Kael begitu sedih. Bagaimanapun, Kael masih anak lima tahun. Mudah terpengaruh oleh orang lain adalah hal yang wajar. Dia tak seharusnya memarahi Kael sebesar itu tadi.Hatinya terasa sesak, seolah dihimpit beban yang tak terlihat. Penyesalan pun mengalir deras, menyesakkan hingga ke relung terdalam."Tapi sekolah itu tidak seru. Mereka semua tidak mau bermain denganku. Dulu Ayah dan Nenek bilang, aku akan diajari oleh guru privat di rumah," ucap Kael sambil memanyunkan bibirnya.Itu adalah kali yang jarang bagi Kael untuk berbicara jujur dari hatinya. Maka Aurora pun bertanya pelan-pelan dengan suara yang lembut, "Kenapa anak-anak lain tidak mau bermain denganmu? Kael, kamu tahu alasan

Saat dua pihak berseteru, justru orang ketiga yang mendapat keuntungan.Itulah hasil yang diinginkan Shelly.Begitu Aurora dan Elira saling mencakar sampai berdarah-darah, dia akan mengumumkan bahwa Kael adalah darah dagingnya, anak yang lahir dari hubungannya dengan Ares. Saat itu tiba, hal ini akan jadi pukulan telak bagi dua perempuan itu.Fokusnya sekarang jelas, yaitu membangun karier.Nanti, dia akan memanfaatkan kekuatan opini publik untuk membuat Keluarga Anandara terpaksa menikahinya.Hanya dengan membayangkannya saja, sudut bibir Shelly sudah terangkat membentuk senyuman. Matanya berbinar, dipenuhi kegembiraan yang sulit disembunyikan.Aurora memang merasa kata-kata Shelly terdengar seolah mempertimbangkan dirinya dan Kael, tetapi ada sesuatu yang terasa janggal. Sulit dijelaskan, tetapi tetap membuat hatinya tak tenang.Mungkin karena cara pandang mereka berbeda.Lagi pula, dia tidak berniat bertarung dengan Elira, apalagi terikat lagi dengan Ares.Yang dia inginkan hanyalah

Namun, hari ulang tahun ini sebenarnya bukanlah hari ulang tahunnya yang sesungguhnya, melainkan hari saat dia diadopsi oleh Keluarga Guntara yang dijadikan sebagai tanggal ulang tahunnya.Panti asuhan pun tidak tahu kapan dia dilahirkan. Saat itu, dia masih bayi ketika ditemukan di depan pintu panti asuhan.Jadi, ulang tahun pertamanya adalah hari ketika Ibu Kepala Panti menemukannya. Kemudian saat Keluarga Guntara menanyakan tanggal ulang tahunnya, dia tidak tahu, maka diputuskan hari adopsi itu sebagai hari ulang tahunnya.Sejak saat itu, setiap tahun dia merayakan ulang tahunnya di tanggal tersebut.Namun, kini, sudah lima tahun berlalu tanpa merayakan ulang tahun."Aurora, aku dan Kael sudah sepakat. Kamu ingin membuat Kael kecewa?" Tatapan Shelly menyala dengan sorotan tajam."Terima kasih, Shelly. Aku janji akan datang."Mata Aurora pun memerah dengan penuh haru.Di hari itu, sejak pagi Aurora sudah merasa sangat bahagia.Namun, dia tidak langsung menemui Kael, karena Shelly tel

Namun, saat Aurora mengangkat wajahnya dengan air mata membasahi seluruh pipinya, pemandangan itu benar-benar membuat Bi Yati terkejut. Ia buru-buru menenangkan, "Nona Aurora, Anda jangan takut. Masalah Tuan Kecil ini tidak ada hubungannya dengan Anda. Aku bisa bersaksi untuk Anda. Tuan tidak akan menyalahkan Anda."Bi Yati mengira Aurora menangis karena takut Zayden akan marah.Aurora mengusap air matanya, lalu menggeleng pelan. "Bukan... Bukan karena Tuan Zayden. Aku menangis karena kasihan pada Elric. Hatiku terasa sakit melihatnya seperti itu."Bi Yati tampak terkejut, lalu mencoba menjelaskan, "Tuan Elric memang suka bersembunyi di lemari dulu. Namanya juga anak-anak, suka bermain petak umpet. Aku tidak menyangka hari ini dia masuk ke dalam lemari mainan sekecil itu. Padahal sempit dan tidak nyaman, tapi dia tetap masuk ke dalam dan diam saja di sana."Aurora pun mengangkat Elric ke dalam pelukannya. Anak kecil itu menatapnya dengan mata besar yang hitam jernih. Dia hanya diam, me