All Chapters of Gairah Liar Paman Tiriku: Chapter 31 - Chapter 40

Suara ketukan jemari mengalun cepat, seiring kegelisahan hatinya. Sesekali Maira melihat ke arah pintu, dia begitu penasaran dengan apa yang terjadi di dalam ruangan itu. “Apa Nathan dan Selly sedang bercinta?” gumamnya. Maira menyandarkan punggungnya di kursi sambil memikirkan cara agar bisa masuk ke dalam ruangan Nathan. Tanpa pikir panjang Maira pun mengambil salah satu dokumen lalu mengetuk pintu. “Permisi.” “Masuklah,” jawab Nathan. Sudut mata Maira mendapati Selly yang sedang duduk di sofa bermain dengan ponselnya. Sementara Nathan duduk di singgasana memeriksa dokumen yang ada di mejanya. “Ada apa?” tanyanya. “Ehm, begini … eee, mesin fotocopy rusak. Aku nggak bisa mengcopy dokumen ini, ” jawab Maira sekenanya. Sudut alis Nathan meninggi mendengar ucapan Maira. “Terus, kamu menyuruhku untuk memperbaiki mesin itu?” “Bu-bukan begitu maksudku, apa boleh aku memanggil teknisi untuk memperbaiki mesin fotocopy?” Tak menjawab, Nathan malah beranjak dari kursinya. “Biar aku l

Meeting sepertinya hanya alasan Nathan agar dia bisa membawa Maira menjauh dari Devan.Iya, meski hubungan keduanya sulit untuk diperbaiki tetap saja Nathan tak suka ada orang lain yang mendekati mantan kekasihnya itu.“Kita mau ke mana, sepertinya aku tahu jalan ini?” tanya Maira di perjalanan.“Tunggu, jangan katakan padaku kalau kamu ingin mengajakku ke rumah Ibumu?” sambung Maira.Nathan tak bergeming dia hanya fokus mengendarai mobilnya hingga berhenti tepat di halaman rumah Ami.Entah apa yang dia pikirkan sampai-sampai dia membawa Maira ke rumah ibunya.“Turunlah,” ucapnya.“Nggak, aku nggak mau masuk ke rumah itu,” tolak Maira.Tak ambil pusing, Nathan keluar dari mobil lalu beralih ke sisi Maira. Tanpa aba-aba dia menarik tangan Maira agar keluar dari dalam mobilnya.“Nathan, kenapa kamu membawaku ke sini?” Maira masih berusaha menarik tangannya agar tak diseret oleh mantan kekasihnya itu.Namun, pintu terbuka lebar. Kakinya tak bisa lagi berhenti dan terpaksa ikut masuk ke d

Semalaman Maira memeriksa email yang dikirim Max. Dia terus membaca, memindai semua informasi yang dia butuhkan.Jika dibandingkan dengan harta yang Nathan miliki sepertinya harta kekayaan keluarga Selly masih jauh di bawahnya. “Nggak mungkin pernikahan bisnis, apa Nathan benar-benar mencintai wanita itu?” gumam Maira.Meski Maira berusaha bersikap biasa saja ke Nathan tetap saja hatinya tak bisa melupakannya begitu saja. Bahkan rasa cemburu pun masih menjalar di tubuhnya saat membayangkan dia bersama wanita lain.Maira mulai mengecek aset yang dia miliki serta harta kekayaan Toni yang akan menjadi miliknya. Jika dibandingkan dengan harta kekayaan Nathan sepertinya setara hanya saja Toni masih belum memberikan haknya.Lelah, tanpa terasa Maira pun tidur di meja kerjanya hingga pagi tiba.Suara alarm berdering tepat jam delapan pagi. Maira hanya menggeser layarnya lalu berjalan ke atas ranjangnnya.Sementara itu, di tempat lain Nathan terus mengetuk jemarinya sambil menatap layar komp

Tubuh Maira terasa panas, perutnya pun terasa nyeri saat dia merasakan sesuatu menindihnya.Dia pun bergeser untuk berbalik, tapi betapa terkejutnya Maira saat menyentuh sebuah tangan yang melingkar di tubuhnya.“Astaga!” Dengan cepat dia bergerak menyalakan lampu. Terlihat wajah pria yang tak asing itu sedang terlelap tanpa terganggu dengan gerakannya.‘Kapan dia masuk?’ batin Maira. Tangannya meraih ponsel di nakas, melihat jam di sana. Perlahan Maira beranjak dari ranjang kemudian keluar dari kamar.Jam menunjukkan pukul setengah enam. Maira membuka tirai yang menutupi cahaya yang masuk kemudian membuat secangkir kopi.Tinggal bersama tanpa kejelasan hubungan, bukankah itu sangat merugikan Maira?Wanita itu pun menghisap rokok yang ada di bibirnya— memikirkan apa yang harus dia lakukan dengan mantan kekasihnya itu.“Kamu sudah bangun, Sayang,” bisik Nathan melingkarkan tangannya di perut Maira.“Kapan kamu datang?”“Saat kamu sedang terlelap tidur. Kenapa, apa kamu terganggu?”Ma

Dering ponsel menggema, namun sang pemilik ponsel hanya diam memandangi layar ponselnya yang menyala.Biasanya dia akan antusias saat mengangkat panggilan dari calon suaminya itu. Namun, kali ini Selly tak ada sedikitpun berniat mengangkat panggilan Nathan.Kegelisahan menyelimuti hati Selly. ‘Apa Maira cerita soal ancamannya ke Nathan atau dia ingin membatalkan pernikahan mereka?’Tak ada sedikitpun pemikiran baik akan panggilan itu, Selly malah takut akan hal-hal yang tidak dia inginkan.“Maaf menunggu lama, kamu sudah pesan makanan?” tanya pria yang baru saja datang.“Nggak apa-apa, aku malah berterima kasih karena kamu meluangkan waktu untuk bertemu denganku. Oh ya, mau minum apa?”Pria itu melihat menu yang ada di mejanya kemudian menyebut, “Americano.”“Hanya itu, kamu nggak pesan makanan atau snack?”Pria berparas lembut itu hanya menggeleng pelan.Setelah itu Selly memanggil staf yang berjaga kemudian memesan minuman.“Aku terkejut saat kamu menghubungiku. Kenapa, apa terjadi