All Chapters of Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam: Chapter 31 - Chapter 40

Rad menatap Bree dan juga Amber yang berjalan bersisian dengan Trey menuju ke teras kastil, dan melihat jika rombongannya bertambah satu kereta lagi. Cukup jelas kereta itu untuk siapa.Sambil menghela nafas berat, Rad menghampiri Edmond yang menunggunya di depan pintu.Mereka sebentar lagi akan berangkat mengunjungi daerah pertanian seperti yang dijanjikan Rad kemarin untuk Trey."Katakan padaku, kenapa mereka harus ada?" tanya Rad, dalam gumaman.Yang tentu saja dijawab juga oleh Edmond dengan gelengan."Saya tidak tahu Your Grace. Saya tahu soal ini belum lama tadi, ketika Duke Donovan mengatakan Duchess dan juga Lady Amber akan ikut dalam perjalanan ini." Edmond membungkuk.“Dan setelahnya tidak ada yang repot-repot untuk melaporkan hal itu padaku?”Rad adalah orang terakhir yang tahu jika Bree dan juga Amber akan ikut dalam perjalanan ini. Trey lupa memberitahu soal Bree dan Amber kepada Rad, dan memutuskan sendiri. Kini Rad tak lagi punya suara untuk menolak, karena sudah terlan

Seperti Trey, Bree akhirnya ikut kagum dengan area pertanian yang mereka kunjungi.Daerah itu terletak pada kaki bukit yang mengelilingi hampir setiap perbatasan. Membuat daerah yang bernama Allauch seperti terletak di dasar mangkuk, sekaligus membuat daerah subur itu sedikit tertutup dan berangin. Pohon di sekitarnya mulai gundul karena saat ini adalah penghujung musim gugur, tapi masih tersisa warna merah dan kuning daun pada beberapa pohon.Tapi yang paling menonjol, Allauch itu penuh dengan hamparan luas tanaman gandum yang berwarna cokelat, siap dipanen.Bree membayangkan gandum itu adalah panen mereka yang terakhir tahun ini. Panen yang menggembirakan.Dengan gandum sebanyak itu, persedian makanan pada musim dingin sudah terpenuhi. Bree juga harus mengakui kehebatan Rad dalam hati saat melihat ini. Persiapan musim dingin Marseilles, sangat jauh berbeda dengan Le Mans.Bree masih ingat bagaimana Le Mans harus bertahan dalam keadaan yang mengerikan musim dingin tahun lalu. Untuk p

Sampai di dalam tenda, jelas terlihat jika Campy memang sudah mengatur tenda itu untuk dua orang. Ranjang darurat yang terbuat dari peti barang berjejer, dibuat dalam ukuran lebar cukup untuk dua orang, dengan kain penutup yang lebih tebal dan nyaman.Tapi Bree bahkan tidak terfokus pada hal itu. Dia hanya bersyukur saat melihat bagian dalam tenda itu ternyata lumayan luas. Ruang ekstra yang dia butuhkan agar tidak harus terus berada berdekatan dengan Rad.Bree kini duduk termangu diam, di atas peti barang yang telah kosong dan beralih fungsi menjadi kursi.Bree memandang kosong, berpikir apakah persaingannya dengan Amber ini adalah benar. Semakin kesini, Bree semakin tidak yakin akan mampu untuk bersaing.Bree mempertimbangkan untuk menyerah, mungkin memang seharusnya Amber dan Rad bersama.“Duchess, saya akan merendam kaki anda.”Bree bahkan tidak tahu kapan Aima pergi keluar, dan sekarang sudah kembali membawa ember kayu berisi air hangat untuk kakinya.“Maaf, Anda tidak bisa beren

“Amber! Apa maksud ini semua? Apa kau benar menggoda Rad? Katakan jika ini tidak benar! Katakan jika kau tadi berada di dekat Rad karena benar-benar ingin bertanya tentang Marseilles!”Bre mendengar sayup-sayup teriakan dari Trey, saat kakinya melangkah mengikuti tarikan tangan Rad.Namun, Bree tidak terfokus pada hal itu. Matanya kini kembali kosong karena otaknya penuh oleh pemikiran membingungkan.Ini salah, semua salah.Benak Bree hanya mengucap itu sejak tadi, karena apa yang terjadi saat ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada alur waktu yang dulu.Tidak seharusnya Rad marah pada Amber. Tidak seharusnya Rad mempermalukan Amber di depan semua orang.Mereka seharusnya saling mencintai, dan mengkhianatinya. Tapi yang terjadi tadi jauh dari mengkhianati. Kejadian tadi cukup jelas menggambarkan jika Rad sama sekali tidak menginginkan Amber sekarang.Belokan nasib yang dijalaninya saat ini sangat jauh berbeda dari hasil akhir yang dilihatnya ketika hukuman mati itu berjalan.Bre

Rad mengedipkan mata beberapa kali, saat kembali berdiri di tepi hutan, memfokuskan mata, lalu berpaling memeriksa sekeliling. Memastikan perintahnya dilaksanakan oleh Edmond.Dan tentu saja begitu. Edmond tahu bahaya apa yang mengincar jika lengah sedikit saja.Rad mengangguk puas, lalu melangkah menuju hutan gelap yang tadi dia pandang. Setelah pasti tidak ada yang melihat, Rad mulai berlari.Berlari sangat cepat, sampai tubuhnya seakan bayangan yang lewat. Tubuh Rad begitu ringan, melompat tanpa kesulitan, menunduk dan menyusup diantara pepohonan hutan dengan kecepatan yang mustahil bagi manusia.Malam yang gelap memastikan tidak ada orang yang akan melihat Rad, karena itu Rad hanya terfokus untuk mencari sumber aroma yang mengganggu hidungnya.Rad menuruni bukit, lalu bergerak menuju hilir sungai yang tadi juga mengalir di dekat area perkemahan.Tidak butuh waktu terlalu lama, sebelum akhirnya aroma yang sedang dicari Rad semakin kuat. Dia lalu berhenti, setelah melompat ke atas b