All Chapters of Kembar Dua: Ayah Mengejar Ibu Kembali Ke Dekapan: Chapter 71 - Chapter 80

Melihat keadaannya, wajah Nikki juga langsung menegang. Dia menatap Ralph beberapa detik, lalu menyadari ada yang tidak beres. Dengan cemas, dia pun mendekat sedikit dan bertanya dengan ragu, "Ka ... kamu kenapa?"Ralph tampak kesakitan. Alisnya yang tebal dan rapi berkerut rapat.Melihat Nikki menunjukkan perhatian, dia hanya melirik kesal. Ralph ingin bicara, tetapi rasa sakit membuat punggungnya berkeringat dingin. Dia langsung menekan sisi perut kirinya dengan satu tangan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Nikki panik.Mereka sudah menikah dua tahun dan dia tahu bahwa lambung Ralph memang bermasalah. Masakan di rumah pun selama ini selalu dijaga ketat. Akan tetapi, kenapa penyakitnya bisa kambuh sekarang? Bukannya sudah dijaga dengan baik?Meski sudah mantap untuk bercerai, Nikki tentu tidak ingin kondisi kesehatan Ralph memburuk. Bagaimanapun juga, dia adalah ayah dari kedua anak mereka.Setelah ragu sejenak, Nikki segera turun dari mobil dan bergegas ke sisi pengemudi. Begitu m

Setelah menyuruh para petinggi rumah sakit pergi, Ralph menutup mata, berusaha untuk mengistirahatkan diri.Dokter menyarankan rawat inap. Awalnya, dia hendak menolak. Penyakitnya ini sudah lama. Cukup minum obat saja biasanya sudah membaik. Harus dirawat inap seperti ini rasanya terlalu berlebihan, bahkan bisa jadi bahan tertawaan kalau sampai tersebar.Namun saat hendak membuka mulut untuk menolak, sudut matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya berjalan masuk ke ruang UGD. Dia pun mengubah pikirannya dan mengangguk menyetujui.Saat melihat wajah pria itu masih pucat, terbaring dengan alis yang berkerut menahan sakit, dan tangan kirinya sudah terpasang infus, Nikki pun mencemberutkan bibirnya. Setelah ragu sejenak, akhirnya dia berkata dengan hati-hati, "Kamu ... gimana perasaanmu? Sudah mendingan belum?"Ralph hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat, sama sekali tidak menjawab. Dia bahkan tidak sudi melirik Nikki dan malah memalingkan wajah ke arah lain.Nikki langsung merasa ki

"Sudah pulang," jawab Bastian dengan santai."Pulang? Terus malam ini siapa yang jaga aku?" tanya Ralph dengan lantang.Ekspresi Bastian langsung menjadi masam. "Dia masih harus urus dua anak. Kamu kira dia bisa tinggal dan jagain kamu juga? Gaya sok berkuasa macam apa itu?!"Ralph langsung bungkam.Melihat sikap suaminya yang terang-terangan membela Nikki, Indah pun tampak curiga. Dia menurunkan suara dan bertanya, "Kamu ngomong apa sama dia? Jangan terlalu manjain dia, wanita itu nggak tahu aturan. Mana ada istri begitu?""Kalau dia nggak tahu aturan, anakmu itu apa sudah benar semuanya?" Bastian biasanya jarang mencampuri urusan asmara Ralph. Namun, sekarang mereka sudah sampai di tahap hendak bercerai. Sebagai ayah, dia tidak bisa diam begitu saja.Setelah dibentak suaminya, gaya angkuh Indah langsung hilang. Dia hanya bergumam dengan pelan, "Memangnya anakku kenapa .... Padahal sudah kasih dia makan dan pakai yang bagus-bagus, juga nggak pernah melakukan hal yang mengkhianatinya.

Beberapa hari terakhir ini, Shireen mulai mengalami gejala awal kehamilan. Dia tidak bisa makan, susah tidur, dan sering merasa mual hingga muntah. Dalam hitungan hari saja tubuhnya terlihat jauh lebih kurus, wajahnya yang memang kecil pun kini jadi semakin tirus.Melihat kondisinya seperti itu, hati Ralph sedikit tergerak.Namun, kata-kata perhatian dan belas kasih seperti itu ... sudah bukan tempatnya lagi untuk dia ucapkan."Shireen, dulu memang aku yang salah. Setelah kamu menikah, seharusnya aku menjaga jarak. Tapi aku gagal mengendalikan diri hingga membuat banyak kesalahpahaman dan akhirnya orang-orang di sekitar kita jadi ikut terseret dan terluka." Ralph memutuskan memanfaatkan kesempatan ini untuk bicara terus terang.Mulai sekarang, mereka cukup menjadi teman biasa saja. Paling maksimal, anggap saja seperti adik angkat.Bulu mata Shireen terangkat, ekspresinya makin terluka. "Apa maksudmu? Kamu benar-benar ingin menjaga jarak dariku?""Kurang lebih begitu. Ini demi kebaikanm

Begitu ucapannya dilontarkan, tanpa menunggu tanggapan dari Irfan, Nikki langsung menguatkan diri dan melangkah cepat pergi.Wajah tampan Irfan tampak menegang. Seolah dari perkataannya tadi, dia menyadari sesuatu. Setelah ragu dua detik, akhirnya dia pun berbalik menuju kamar rawat. Untungnya, saat itu Shireen sudah bangkit dari pelukan Ralph.Irfan mengetuk pintu, lalu masuk. Tatapannya tertuju pada sosok Shireen cukup lama sebelum akhirnya menoleh pada sahabat lamanya dan bertanya, "Kenapa bisa begini? Cuma sakit maag, kenapa sampai harus dirawat di rumah sakit?"Ralph merasa tidak adil pada Shireen, bahkan sedikit menyimpan rasa kesal terhadap sahabatnya sendiri. Dia menjawab dengan datar, "Cuma masalah kecil, dokternya saja yang berlebihan. Dia maksa supaya aku rawat inap dua hari untuk observasi."Saat dia berbicara, Irfan sudah melangkah mendekat.Melihat istrinya yang tampak murung dan terpukul, hati Irfan tentu merasa terguncang. Apalagi begitu melihat Shireen yang tampak lebi