All Chapters of Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik: Chapter 121 - Chapter 130

Melihat Petra duduk di sofa dan sedang makan bersama Adeline, mata perawat itu terbelalak tak percaya dan dipenuhi keterkejutan. Dia belum pernah melihat Petra berinisiatif untuk duduk makan dengan perempuan lain. Lagi pula, bukankah dia tidak makan makanan pedas?Sementara perawat itu tertegun, Petra sudah meletakkan peralatan makannya, lalu berdiri dan berjalan keluar. "Ada apa dengan pasien di ranjang 18?"Setelah tersadar kembali hal itu, perawat itu bergegas mengejarnya."Pasien di ranjang 18 sudah sarapan pagi ini .... Jadi, operasi sore ini mungkin nggak bisa dilakukan ...."Petra mengerutkan kening, wajahnya terlihat agak muram. "Bukannya semalam dia sudah dipesan untuk puasa? Kenapa dia bisa sarapan lagi pagi ini?"Sambil berbicara, Petra segera berjalan menuju kamar tempat di mana ranjang pasien 18 berada. Perawat itu mempercepat langkah untuk menyusulnya. "Dengar-dengar, cucunya yang masih kecil datang pagi ini dan memberinya roti, lalu dia memakannya. Keluarganya sudah ber

"Urusan kerjaan lebih penting. Suruh mereka istirahat yang baik."Carissa mengangguk. "Oke."Setelah mengobrol sebentar dengan Anita, Carissa memanggil Adeline ke balkon. "Adel, hari ini, aku datang kemari bukan cuma untuk jenguk Nenek, tapi juga untuk kasih tahu kamu sesuatu. Yang suruh mantan klienmu posting postingan yang mencemarkan nama baikmu di internet itu Bella."Mata Adeline berkilat terkejut. "Kok kamu tahu?""Kaivan yang menemukannya. Dia takut kamu nggak mau temui dia, jadi dia minta aku untuk bawakan buktinya kepadamu."Sambil berbicara, Carissa mengeluarkan sebuah dokumen dari tasnya dan menyerahkannya kepada Adeline.Adeline membolak-balik dokumen itu sejenak, lalu mengangguk. "Oke, aku mengerti. Carissa, makasih.""Kalau kamu mau berterima kasih, ucapin saja ke pria brengsek itu. Tapi, dia sudah berbuat begitu banyak salah padamu sebelumnya. Sudah sepantasnya dia berbuat sesuatu untukmu sekarang. Ngomong-ngomong, bukannya kamu nggak kenal sama Bella? Apa akhir-akhir i

Andy menatap Bella dengan dingin. "Apa kamu menyinggung seseorang di luar sana?"Bella mengamati ekspresi Andy dan menjawab, "Ayah, kenapa kamu tiba-tiba tanyakan itu? Apa ada yang ngomong sesuatu ke kamu?""Masih berani tanya lagi! Kamu tahu nggak? Semua perusahaan yang awalnya sudah setuju untuk kerja sama dengan kita tiba-tiba hubungi aku sore ini dan minta aku kerja sama dengan orang lain. Aku sudah tanya ke beberapa orang dan baru tahu ternyata kamu yang menyinggung seseorang di luar sana!"Bella terdiam sejenak, lalu berujar secara refleks, "Bukannya Grup Soranda sudah setuju untuk kerja sama dengan Grup Luandra?"Andy mencibir, "Kamu masih berani ungkit soal Grup Soranda? Grup Soranda itu orang pertama yang hubungi aku hari ini untuk tegaskan bahwa mereka nggak akan lagi kerja sama dengan Grup Luandra. Siapa yang kamu singgung!"Bella langsung gemetar karena ditatap dengan sedingin itu oleh Andy. Ucapan Adeline tanpa sadar melayang di benaknya. Apa Adeline pergi mengadu kepada I

Jika hal seperti ini diketahui orang, Shinta juga akan merasa malu untuk bertemu orang lain. Memikirkan hal ini, Shinta pun mengeluh, "Sudah kubilang kita nggak seharusnya mengakuinya! Apa lagi yang bisa dia lakukan selain mempermalukan kita?""Sudahlah, jangan banyak omong kosong lagi! Pergi ke rumah sakit dan suruh dia cabut gugatannya. Aku ada rapat di jam 8. Aku mau pergi ke perusahaan dulu."Setelah itu, Delon bangkit dan pergi.Shinta melirik kartu bank di atas meja, lalu teringat bahwa Adeline telah menggugat Bella. Hatinya terasa makin kacau. Dia mengambil kartu itu dan meminta kepala pelayan menyiapkan mobil untuk pergi ke rumah sakit.Ketika Shinta berjalan memasuki kamar rawat inap, Anita sedang makan bubur, sedangkan Adeline duduk di sebelahnya sambil mengupaskan apel.Shinta berkata dengan ekspresi muram, "Adeline, ikut aku keluar. Ada yang ingin kukatakan padamu."Melihat ekspresi Shinta yang muram, Anita terlihat tidak senang. "Apa yang nggak bisa kamu katakan di depank

Adeline tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Dokter Petra."Setelah Adeline kembali ke kamar rawat inap, Anita yang melihat Adeline kembali seorang diri pun mengerutkan kening dan bertanya, "Ibumu sudah pulang?""Emm."Melihat ekspresi Adeline yang tenang dan tanpa emosi sama sekali, Anita bertanya, "Apa yang dia katakan padamu?""Nggak apa-apa. Dia cuma minta aku untuk merawat Nenek dengan baik supaya Nenek bisa segera pulang."Begitu Adeline selesai berbicara, Anita berkata dengan kesal, "Apa yang dia katakan padamu? Aku tahu jelas karakter Shinta. Dia nggak mungkin datang kemari secara pribadi cuma untuk ngomong omong kosong seperti itu!"Adeline hanya bisa menghela napas dengan agak tak berdaya. "Nenek, memang cuma begitu kok. Dia juga bilang akan adakan pesta untuk Amanda dan suruh aku untuk nggak pergi mengacau."Sesuai dugaan, perhatian Anita langsung teralihkan. Dia berseru marah, "Siapa yang mau pergi ke pestanya? Aku akan adakan pesta yang lebih baik untukmu!""Iya, iya. Kal