Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik のすべてのチャプター: チャプター 131 - チャプター 140

Malam harinya, Delon kembali ke vila. Begitu masuk ke rumah, dia melihat Shinta duduk di sofa dengan tampang cemberut. Gerakannya mengganti sepatu pun terhenti sejenak. Dia bisa menebak bahwa percakapan Shinta dengan Adeline hari ini seharusnya kurang lancar.Sesuai dugaan, begitu Delon duduk di sofa, Shinta mulai mengeluh, "Adeline nggak mau cabut gugatannya. Gara-gara bertengkar dengannya, aku lupa kasih dia kartu bank itu. Kamu antar saja sendiri!"Delon melirik kartu bank di atas meja dan menyahut dengan suara berat, "Belakangan ini, perusahaan lagi banyak masalah. Aku mana punya waktu? Besok, kamu temui dia lagi saja dulu. Kalau dia masih nggak setuju, kita baru bahas lagi."Shinta mencibir, "Nggak mau. Kenapa harus aku yang selalu cari orang cuek itu? Kamu selalu pakai alasan sibuk di perusahaan setiap hari. Kapan kamu nggak sibuk? Kurasa kamu cuma nggak akan sibuk lagi habis perusahaannya bangkrut!""Diam!"Wajah Delon dipenuhi amarah. "Selain belanja setiap hari, kamu cuma tahu

Berhubung sudah ada reaksi dari pihak lain, Adeline berujar dengan tenang, "Selama berpisau, dia sudah melanggar Hukum Ketertiban Umum. Kalau situasinya serius, dia bahkan bisa dituntut secara pidana. Ada banyak solusi untuk masalah ini tanpa harus lakukan tindakan ekstrem seperti itu."Setelah Adeline selesai berbicara, keadaan di kamar rawat inap kembali hening. Sesaat kemudian, terdengar lagi suara orang yang sebelumnya berbicara itu. "Gimana kamu bisa buktikan kamu itu benar-benar seorang pengacara? Gimana kamu mau buktikan kamu datang untuk bantu kami dan bukan sekongkolan dokter itu?"Adeline terdiam sejenak, lalu menjawab dengan pelan, "Waktu orang berpisau itu menerjang ke kantor dokter tadi, ada banyak orang yang melihatnya dan sudah ada yang lapor polisi. Kalau kalian nggak pergi bujuk dia sekarang, semuanya akan terlambat begitu polisi tiba. Dia itu anggota keluarga kalian. Kalian pertimbangkan saja sendiri."Setelah itu, Adeline tidak berbicara lagi. Jika pihak lain bersik

Petra mengangkat sebelah alisnya dan menjawab, "Memang ada yang sering ngomong begitu?"Adeline pun terdiam. Dinilai dari nada Petra, kenapa dia sepertinya malah merasa bangga?Melihat Adeline yang terlihat tidak berdaya, Petra pun tersenyum tipis. Namun, senyuman itu hanya bertahan sejenak dan Adeline tidak menyadarinya. "Dokter Petra, waktu bicara dengan anggota keluarga itu tadi, aku baru tahu mereka datang jauh-jauh dari kota kecil demi mencarimu. Mereka nggak punya uang lebih untuk pindah ke rumah sakit lain, juga nggak percaya sama dokter lain, makanya mereka baru bertindak gegabah dan mengancammu dengan pisau untuk melakukan operasi.""Menurutku, mereka bukan orang jahat. Mereka cuma nggak tahu konsekuensi serius dari makan sebelum dibius. Kalau tahu, mereka nggak akan berbuat begitu. Kalau mereka minta maaf padamu dengan tulus, apa kamu bersedia kasih mereka satu kesempatan lagi?"Begitu Adeline selesai berbicara, Petra langsung menjawab, "Nggak."Adeline mengerutkan kening. "

Anita tidak berharap Adeline hidup begitu lelah. Dia ingin Adeline hidup layaknya putri Keluarga Thomas yang lain, bebas dari kekhawatiran hidup dan hanya perlu melakukan apa yang dia sukai dengan gembira. Namun, Anita juga tahu bahwa meskipun dia memberi Adeline banyak uang, Adeline juga tidak akan berhenti bekerja. Kurangnya kasih sayang orang tua di masa kecil takkan pernah terbayar di masa dewasa."Jangan bekerja terlalu keras. Kamu harus seimbangkan waktu kerja dan istirahat. Selain mencari uang, kamu juga perlu jaga kesehatanmu."Adeline mengangguk. "Nenek, aku tahu."Begitu Adeline selesai berbicara, pintu kamar rawat inap dibuka. Kedua orang itu pun menoleh ke arah pintu dan melihat Delon masuk dengan tampang cemberut. Melihatnya, Adeline tetap bersikap tenang dan berdiri sambil berkata, "Nek, aku pergi lihat dulu mau masak apa untuk makan siang.""Oke."Ketika Adeline hendak pergi ke dapur, Delon mengerutkan kening dan berujar, "Tunggu, ada yang mau kubicarakan denganmu."Ad

Adeline membuka pesan itu dan melihat-lihat gambarnya. Di antaranya, ada interior dua properti yang disukainya. Dia pun mengirimkannya kepada si agen dan mengatakan bahwa kedua properti itu lumayan bagus.Agen itu segera membalas dan menanyakan apakah Adeline memiliki waktu luang malam ini. Jika ada, dia bisa membawa Adeline pergi melihat properti tersebut. Setelah membuat janji melihat apartemen pada pukul tujuh malam, Adeline meletakkan ponselnya dan mulai menyiapkan makan siang.Dalam sekejap, malam sudah tiba. Setelah Winda tiba, Adeline mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pergi.Sebelum dia pergi, Anita mengingatkannya, "Jangan lupa untuk kemasi barang-barangmu. Kalau kamu nggak punya waktu, aku akan suruh dua pembantu pergi membantumu."Adeline tidak pernah suka barang-barangnya disentuh orang lain. Dia pun menggeleng dan menjawab, "Nggak usah, aku akan bereskan semuanya dalam dua hari ini."Lagi pula, Adeline hanya akan tinggal sebentar di rumah tua. Dia tidak perlu mem