All Chapters of Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik: Chapter 171 - Chapter 180

Anita memegang 41% saham Grup Thomas, sedangkan Delon hanya memegang 10%. Bisa dipastikan bahwa siapa pun yang didukung Anita, orang itulah yang akan menjadi presdir Grup Thomas.Tadi, Anita sudah menyatakan bahwa saham yang dipegangnya hanya akan diwariskan kepada anggota Keluarga Thomas. Sikapnya sudah sangat jelas. Adeline akan mendapatkan bagian dari sahamnya di masa mendatang.Begitu Adeline turun dari panggung, orang-orang yang tadinya mengelilingi Amanda langsung menghampirinya."Adeline, kamu cantik banget malam ini! Apa aku punya kesempatan untuk menari dansa pembuka bersamamu?""Kamu nggak ingat betapa nggak terkoordinasinya kamu? Jangan sampai kamu menginjak Adeline. Oh iya, Adeline, aku ini dulunya penari. Apa kamu bersedia berdansa denganku?""Minggir, kalian semua! Kalian nggak pernah bercermin? Kalian kira Adeline akan tertarik pada kalian? Menari? Jangan sampai kalian membuatnya mimpi buruk!"Melihat Adeline dikelilingi sekelompok pria, ekspresi Kaivan berubah muram dan

"Apanya yang sama! Nggak bisa! Kamu nggak boleh kasih kalung itu kepadanya!""Aku punya kebebasan untuk berikan barang-barangku kepada siapa pun yang kumau. Kamu nggak berhak gantikan aku ambil keputusan.""Ibu! Kamu ....""Cukup!" Anita melambaikan tangannya dengan tidak sabar. "Aku mau bicara sama Adeline. Kalian sudah boleh keluar."Shinta masih berdiri di tempat dan ingin berdebat dengan Anita, tetapi Amanda yang ada di sampingnya berbisik, "Ibu, ayo pergi.""Tapi ...."Saat memikirkan Anita akan memberikan kalung itu kepada Adeline, Shinta merasa sangat tidak rela."Ayo pergi. Lanjut berada di sini cuma akan buat Nenek makin marah."Amanda menatap Anita. "Nenek, kami keluar dulu."Setelah Amanda menarik Shinta pergi, Adeline menatap Anita dan berkata, "Nenek, kalung ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya. Kamu simpan saja.""Apanya yang berharga? Masih ada banyak barang di Vila Harmoni yang lebih berharga dari kalung ini. Kamu terima saja."Berhubung Anita bersikeras, Ad

Baru saja putri kandungnya mendapatkan sedikit barang, Shinta sudah membuatnya terlihat seolah-olah itu adalah amal dan menyebarkannya supaya semua orang tahu."Biarkan saja dia mengatakannya. Lagian, Gedung Prima sudah jadi milikku. Dia yang sebarkan hal itu juga nggak akan berpengaruh padaku."Awalnya, Adeline tidak berniat untuk bersaing dengan Amanda dalam mendapatkan apa pun. Akan tetapi, setelah apa yang dikatakan Shinta di atas panggung malam ini dan bagaimana dia meminta Adeline menyerahkan kalung yang diberikan Anita dengan dalih membantunya menyimpannya, Adeline pun berubah pikiran.Shinta tetap lebih menyukai Amanda dan berusaha menekannya terlepas dari apakah dia bersaing dengan Amanda untuk mendapatkan sumber daya Keluarga Thomas atau tidak. Berhubung begitu, kenapa Adeline tidak bersaing?Barang-barang itu memang adalah milik Adeline sejak awal. Bukankah Shinta yang mencoba mencurinya dan memberikannya kepada Amanda?"Benar juga. Karena kamu sudah kembali ke Keluarga Thom

"Boleh juga."Setelah Adeline memberikan alamat rumah tua Keluarga Thomas, keduanya pun mengakhiri panggilan telepon itu.Wulan meletakkan ponselnya dan merasa lega. Jika Adeline pergi ke Graha Makmur sekarang, dia pasti akan menyadari bahwa apartemen di seberang sedang direnovasi dan identitasnya akan terbongkar. Setelah makan malam, Adeline dan Anita berjalan-jalan di taman. Pada saat ini, kepala pelayan menghampiri mereka dengan membawa sebuah kunci."Nona, tadi ada orang yang datang dan minta aku berikan kunci ini kepadamu."Adeline menerima kuncinya. "Oke, terima kasih."Anita melirik kunci di tangannya. "Kapan kamu berencana mau pindah?""Beberapa hari lagi."Anita menghela napas. "Kamu baru temani aku beberapa hari dan sudah mau pindah. Haih ...."Adeline berjongkok di depan Anita dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, meski aku pindah, aku pasti akan sering pulang untuk jenguk Nenek. Kalau Nenek senggang, Nenek juga boleh kunjungi aku kapan saja.""Memangnya kamu nggak bisa tin

"Kamu bisa masak?""Emm, tapi aku sudah jarang masak dalam beberapa tahun terakhir."Dulu, Adeline belajar memasak karena dia dan Kaivan tidak mampu membeli makanan dari luar. Lagi pula, Kaivan bekerja keras untuk merintis bisnisnya dan sering tidak makan. Dia pun tak punya pilihan lain selain belajar memasak agar bisa memastikan Kaivan makan tepat waktu setiap harinya. Tak disangka, malah dirinya yang terkena sakit maag karena kelaparan.Menyadari suasana hati Adeline yang agak buruk, Petra tersenyum dan berkata, "Kelak, kita boleh berbagi makanan.""Berbagi makanan?""Emm. Waktu kamu senggang, kamu yang masak dan aku akan makan di tempatmu. Kalau aku senggang, aku yang akan masak dan kamu makan di tempatku. Dengan begitu, kita bisa kurangi beli makanan dari luar."Setelah mendengar usul Petra, Adeline tak kuasa menahan tawa. "Ide ini cukup unik dan boleh dicoba."Memikirkan penjelasan Petra, Adeline pun tanpa sadar tersenyum. Sedikit kesedihannya itu juga seketika lenyap tanpa mening