All Chapters of Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik: Chapter 341 - Chapter 350

Memikirkan hal ini, Adeline mengambil ponselnya dan menelepon Jessica."Jessica, apa kabar? Kalau kamu ada waktu, ayo kita ketemuan siang ini."Setelah membuat janji makan siang dengan Jessica, Adeline menyingkirkan berkas-berkas kasus Jessica dan hendak menangani kasus lain. Namun, ponselnya tiba-tiba berdering.Melihat itu adalah telepon dari kediaman tua Keluarga Thomas, Adeline merasa agak terkejut. Anita jarang meneleponnya saat dia sedang bekerja. Dia pun mengangkat telepon itu. Ketika dia hendak berbicara, terdengar suara Delon dari ujung sana. "Adeline, kalau kamu ada waktu luang malam ini, pulanglah untuk makan. Aku sudah suruh koki untuk masakkan makanan favoritmu."Saat ini, nada bicara Delon sangat berbeda dengan nada marahnya semalam. Meskipun masih agak kaku, suaranya terdengar lebih lembut.Adeline awalnya hendak menolak. Namun, makanannya juga akan terbuang sia-sia apabila dia menolak. Jadi, dia pun setuju. "Oke, aku akan suruh sopir pergi ke firma hukum untuk jemput

"Emm. Waktu itu, aku juga lihat foto-foto SMA-mu. Kamu cantik banget, kayak sekarang," puji Petra.Adeline pun merasa malu dan buru-buru berkata, "Aku sudah lapar. Ayo kita ke restoran."Seusai berbicara, Adeline menarik Petra ke restoran di lantai satu. Petra melirik ke arah tangan mereka yang bertautan dan tersenyum tanpa sadar. Dia membiarkan Adeline menuntunnya. Ketika mereka memasuki restoran, Henry yang duduk di dekat jendela sedang makan siang. Ketika Petra melihat Henry, Henry juga menyadari kedatangan mereka. Tatapannya jatuh pada Adeline dan Petra. Setelah beberapa detik, dia baru memalingkan wajah dengan ekspresi acuh tak acuh.Adeline tidak menyadari keberadaan Henry. Dia membawa Petra pergi memesan makanan, lalu duduk di meja kosong di sekitar."Makanan di restoran ini lumayan enak. Waktu nggak pengen pesan makanan dari luar, aku biasanya makan di sini.""Aku jadi nggak sabar untuk cicipi makanannya."Tak lama kemudian, pesanan mereka dihidangkan. Adeline menyerahkan per

Rosma menggigit bibir bawahnya, lalu berujar, "Aku pergi ke rumah Keluarga Suryata dan beri tahu ibunya Petra bahwa Petra pacaran sama seorang wanita di Kota Senara."Begitu mendengarnya, wajah Dimas langsung menjadi muram. Dia akhirnya paham kenapa Petra begitu marah."Rosma, apa kamu gila? Buat apa kamu ngadu ke Bu Kamala? Apa kamu sudah bosan hidup?"Semua orang di ibu kota tahu bahwa Kamala baru melahirkan Petra pada berusia 50 tahun. Di antara anak-anaknya, dia paling menyayangi Petra. Jika bukan karena apa yang terjadi lima tahun lalu, Petra mungkin sudah mewarisi Keluarga Suryata sekarang."Ayah ... aku sudah sadari kesalahanku. Aku nggak nyangka Petra akan menargeti Grup Hermanto.""Dasar bodoh!"Melihat Rosma yang menangis, Dimas merasa kesal."Sudahlah, keluar sana!"Rosma menyeka air matanya, lalu berdiri dan meninggalkan kantor Dimas. Baru saja sampai di depan lift, dia melihat Raisa berdiri di samping dan menatapnya dengan acuh tak acuh. Rosma mencibir, "Kamu seharusnya s

Melihat Delon kembali sendirian, Shinta mendengus. "Sudah kubilang dia itu anak nggak tahu berterima kasih yang susah dilayani, tapi kamu masih bersikeras suruh dia pulang ....""Plak!"Sebelum Shinta sempat menyelesaikan kata-katanya, Delon sudah menamparnya. Tamparan itu begitu kuat hingga wajah Shinta miring ke samping dan tubuhnya hampir jatuh. Untungnya, Amanda menangkap Shinta dengan sigap sehingga dia tidak jatuh. "Ayah, kenapa kamu pukul Ibu?"Delon mengabaikannya, lalu menatap Shinta dengan tatapan dingin dan berujar, "Kemarin, aku sudah suruh kamu siapkan beberapa hidangan kesukaan Adeline, tapi kamu malah diam-diam membangkang? Apa hidupmu terlalu nyaman dan kamu sengaja cari masalah?"Shinta menutupi wajahnya yang memerah dan memelototi Delon dengan marah. "Bukannya aku sudah bilang aku nggak mau ketemu sama Adeline? Kalau kamu memang mau makan bareng dia, kenapa kamu nggak ajak dia makan di luar? Kenapa harus suruh dia pulang? Melihat wajahnya saja sudah membuatku kesal!

"Oke."Sementara Adeline makan, Petra duduk di hadapannya dan menemaninya dalam diam. Dia juga tidak bertanya kenapa Adeline kembali dari vila Keluarga Thomas tanpa makan terlebih dahulu. Tanpa perlu bertanya, dia tahu bahwa Keluarga Thomas pasti menindasnya lagi.Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Adeline telah menghabiskan sepiring besar nasi goreng."Petra, kamu pernah belajar masak?"Jika tidak, bagaimana mungkin masakannya begitu lezat? Dari pertama kali makan masakan Petra, dia tidak pernah makan sesuatu yang tidak enak. Baik itu masakan pedas maupun masakan oriental, masakan Petra sama lezatnya dengan yang dijual restoran.Petra tersenyum dan menjawab, "Nggak, aku cuma masak dengan mengikuti resep.""Aku juga mengikuti resep. Kenapa masakanku sering nggak enak?""Itu artinya kamu nggak punya bakat masak. Mulai sekarang, biar aku saja yang masak."Adeline berpikir sejenak, lalu tersenyum dan menjawab, "Oke, oke. Kalau begitu, aku akan cuci piring.""Ada mesin pencuci piring,