All Chapters of Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik: Chapter 51 - Chapter 60

Kenapa Adeline memperlakukan Kaivan seperti ini? Beraninya Adeline berbuat begini! Kaivan sudah memutuskan jika nanti Adeline meminta rujuk, dia pasti tidak akan menyetujuinya.Lesya yang duduk di samping Kaivan menunduk dengan ekspresi datar. Entah apa yang dipikirkan Lesya.Mereka berdua terus terdiam sampai mobil berhenti di lantai bawah gedung tempat tinggal Lesya. Kaivan melihat Lesya dan berkata, "Malam ini aku sudah merepotkanmu."Lesya mendongak dan memandang Kaivan. Dia membalas dengan ekspresi lembut, "Sudah seharusnya aku melakukan hal ini."Kaivan berucap, "Kamu naik saja. Malam ini aku mau pulang ke rumahku.""Oke," sahut Lesya. Dia berpesan kepada sopir untuk menyetir lebih lambat sebelum turun dari mobil.Lesya memandangi mobil Kaivan yang melaju pergi sembari tersenyum. Setelah mobil itu menghilang dari pandangan Lesya, ekspresinya menjadi dingin.Lesya berbalik dan berjalan ke dalam gedung sambil mengeluarkan ponsel untuk menelepon seseorang. Dia berujar dengan dingin,

Zaid tidak berbicara lagi. Dia berdiri dan langsung pergi. Teman yang dibawa Zaid juga mengikutinya pergi. Akhirnya, hanya tersisa Levi dan Kaivan di dalam ruang privat.Levi memandang Kaivan yang duduk di tempat dengan ekspresi dingin. Dia berkata, "Kaivan, semalam aku bertemu Adeline di Hotel Jadine."Kaivan yang awalnya menunjukkan ekspresi datar mengangkat alisnya, lalu membalas dengan dingin, "Nggak ada hubungannya denganku. Kamu nggak usah beri tahu aku."Levi menimpali, "Semalam aku tanya Adeline apa dia memang serius putus denganmu. Coba kamu tebak apa jawabannya."Kaivan menatap Levi, lalu mengambil ponselnya di meja dan menanggapi, "Aku nggak peduli dengan jawabannya. Kamu juga nggak usah beri tahu aku!"Levi tertawa sebelum menyindir, "Kamu nggak peduli atau takut mendengar jawaban yang nggak sesuai harapanmu?""Levi," panggil Kaivan sembari mengernyit. Dia menegaskan dengan tatapan dingin, "Ini urusanku dengan Adeline. Kamu nggak berhak ikut campur."Levi mengingatkan, "Kai

Ucapan Sanny makin memprovokasi wanita paruh baya itu. Dia membentak dengan emosional, "Sanny, kamu memang wanita jalang! Seharusnya anakku menghajarmu sampai mati!"Sanny menegaskan, "Kalau dia menghajarku sampai mati, sekarang dia pasti sudah dipenjara!"Wanita paruh baya berteriak, "Keterlaluan! Semuanya bantu nilai, anakku menikahi wanita yang licik! Wanita ini bukan cuma selingkuh, tapi juga melapor polisi untuk menangkap anakku! Dia juga melarang anakku bertemu dengan putrinya, benar-benar nggak berperikemanusiaan!"Suara wanita itu sangat keras sehingga langsung menarik perhatian banyak orang. Sanny sama sekali tidak takut. Dia melihat wanita paruh baya dengan dingin sembari memperingatkan, "Sebaiknya kamu berteriak lebih keras lagi biar masalahnya menjadi heboh dan rahasia anakmu terbongkar! Aku mau lihat pekerjaannya masih bisa dipertahankan atau nggak setelah masalahnya menjadi heboh!"Mendengar ucapan Sanny, wanita paruh baya langsung terdiam. Sanny bertanya dengan tatapan s

Adeline mentertawai Henry, lalu berkomentar, "Kamu baru kerja 1 minggu. Ke depannya kamu juga terbiasa."Henry terdiam sejenak sebelum bertanya, "Kak Adeline, apa sebelumnya kerjaanmu memang begitu banyak?"Adeline menyahut sembari menggeleng, "Nggak, terkadang kerjaanku lebih banyak dari sekarang. Bahkan, aku pernah lembur sampai tengah malam selama 1 bulan."Henry bertanya lagi dengan ekspresi terkejut, "Termasuk hari Sabtu dan Minggu?""Iya," sahut Adeline.Henry menanggapi, "Kalau begitu, apa kamu sama sekali nggak punya waktu untuk diri sendiri? Kak Adeline, kalau kamu gila kerja seperti ini, apa itu berarti kamu nggak pernah pacaran?"Adeline yang sedang mengambil sayur tertegun. Dia yang menunduk terlihat seperti menutupi perasaannya.Sebelum Kaivan berselingkuh, mereka selalu meluangkan waktu 1 hari di akhir pekan untuk menghabiskan waktu bersama. Terkadang mereka jalan-jalan di luar, terkadang mereka hanya masak di rumah dan duduk di sofa sambil menonton film. Biarpun monoton,

Setelah menutup pintu ruangan, Adeline melihat nomor ruangan di pintu. Ternyata di depan nomor ruangan memang ada tulisan "timur". Adeline mengatupkan bibirnya, lalu pergi.Di dalam ruangan, Zaid melihat Kaivan tidak berhenti meminum wiski dengan ekspresi muram. Dia membujuk, "Kaivan, mengonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol merusak kesehatan. Jangan minum terlalu banyak."Kaivan melirik Zaid dengan dingin dan tidak berbicara. Aura Kaivan yang dingin membuat semua orang merasakan sekarang suasana hati Kaivan sangat buruk.Ketika Kaivan hendak menuang wiski ke gelasnya lagi, Lesya menahan tangannya dan mengingatkan, "Kaivan, besok jam 8 pagi kamu harus menghadiri rapat penting. Jangan minum lagi."Lesya memandangi Kaivan. Suaranya tetap lembut seperti biasanya. Dia bersikap seolah-olah masalah tadi tidak terjadi.Zaid melihat Lesya dan menyipitkan matanya. Akhirnya, dia tahu alasan Lesya bisa mendampingi Kaivan selama 3 tahun. Tidak banyak orang bisa menahan diri seperti ini.Kaiva