Berlian mengangguk. “Silakan, Pak.”Belum sempat pertanyaan itu meluncur dari bibirnya, suara dering ponsel memecah keheningan. Nada dering khas milik Kaivan menggema di kamar itu. Ia melirik layar sekilas. Nama "Pak Surya" terpampang di sana. Ekspresinya langsung berubah serius.“Maaf, saya angkat dulu,” ujarnya cepat, lalu menjauh sedikit dari ranjang.Berlian menunduk, menatap Alif yang masih terlelap di dadanya.Kaivan mengangkat panggilan itu."Halo, Pak Surya. Ada apa?"Dari seberang telepon, suara pria itu terdengar cemas, “Maaf Pak Kaivan, saya tahu ini di luar jam kerja, tapi ini darurat. Ada dokumen penting yang hilang dari sistem, dan klien dari Jepang sudah meminta salinan kontraknya. Kami sudah cari di semua server tapi file itu lenyap.”Kaivan mengerutkan kening. “Apa nggak ada backup?”“Backup terakhir pun rusak, entah kenapa filenya korup. Ini bisa jadi masalah besar, Pak. Mereka akan menilai kita ceroboh.”Kaivan menarik napas panjang, menatap sejenak ke arah Berlian
Terakhir Diperbarui : 2025-08-06 Baca selengkapnya