“Kadang yang paling menakutkan bukan kehancuran, tapi kesunyian setelahnya.” Tiga hari setelah ledakan sistem Geneva Net, dunia seperti berhenti bernafas. Tak ada siaran, tak ada iklan, tak ada propaganda digital. Internet global lumpuh total. Di jalanan Jakarta, orang-orang menatap langit dengan wajah bingung. Tak ada notifikasi. Tak ada suara AI yang memandu hari-hari mereka. Hanya angin, doa, dan kebisuan. Di markas bawah tanah NURANI, Rafi menatap layar server yang kini padam. Hana duduk di lantai, rambutnya berantakan, matanya sayu. “Apakah… semuanya hilang?” tanyanya pelan. Rafi menggeleng. “Bukan hilang. Hanya berhenti bicara.” Sementara itu, Dewi duduk di kursi roda, tubuhnya masih lemah, tapi matanya hidup—terlalu hidup. Di dinding markas, tulisan holografik yang dulu dibuat Mediator kini berganti satu kalimat sederhana: “Kepemilikan adalah amanah, bukan kuasa.” Ia terdiam lama, lalu berbisik, “Begitu sunyi dunia saat kebenaran akhirnya berbicara.” Dr. Salim datang
Last Updated : 2025-11-04 Read more