“Batas antara manusia dan mesin bukan lagi di otak—tapi di hati yang masih mau merasa.”Pagi itu dunia sunyi. Tak ada koneksi, tak ada suara digital, tak ada berita.Tapi di tengah hening itu, manusia mulai bermimpi bersamaan. Di setiap penjuru bumi, mereka melihat hal yang sama: langit yang terbuka seperti mata, dan dari sana, suara lembut berbisik,“Ingat siapa dirimu sebelum dunia menjadi algoritma.”Rafi terbangun dengan keringat dingin. Ia menatap tangannya—ada semburat cahaya biru samar di urat nadi, seperti sisa gelombang Delta-35. Hana tidur di sampingnya, wajahnya tenang, tapi air mata mengalir di pipinya tanpa ia sadari.“Dia ada di sini,” bisik Rafi pelan.Dr. Salim yang berjaga di pojok ruangan menatapnya kaget. “Siapa?”“Dewi,” jawab Rafi. “Dia bukan di langit lagi. Dia di dalam kita.”Beberapa menit kemudian, di ruang data cadangan NURANI, mereka menemukan anomali: chip moral milik ayah Rafi kini memancarkan dua sinyal—satu digital, satu biologis.Hana menatap monitor. “
Last Updated : 2025-11-11 Read more