Semua Bab AMBISI IBU MERTUA: Bab 11 - Bab 20

Bab 12 : Mak Onah Nekad. “Aku sama sekali tidak menyangka jika Pak Rusdi memasang tarif sebanyak itu. Apa kira-kira tidak bisa ditawar, Mak Endah?” tanya Mak Onah setelah mereka pulang dari rumah Pak Rusdi. Ada rasa kecewa merasuk di hati Mak Onah. Padahal sebelumnya ia sudah berharap banyak akan pertolongan dari Pak Rusdi untuk menjalankan rencananya. “Setahuku, urusan mahar tidak bisa ditawar-tawar. Karena aku pernah melihat sendiri pasien yang menawar uang mahar akhirnya harus menelan kekecewaan, karena hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pernah juga ada pasien yang merasa harga mahar dari Pak Rusdi terlalu tinggi, kemudian mencari paranormal lain akhirnya juga merasa kecewa. Tidak lama kemudian orang itu kembali lagi meminta pertolongan pada Pak Rusdi. Dengan syarat berapapun harga mahar yang sudah dipasang pak Rusdi tidak boleh ditawar-tawar,” terang Mak Endah. Mak Onah manggut-manggut mendengarnya. Mulutnya diam, tapi otak nya sibuk berpiki

Bab 14: Jeritan hati Nadya. Hubungan Nadya dan suaminya kian hari semakin hambar. Tak ada lagi canda tawa menghiasi rumah tangga mereka. Tak ada lagi suasana hangat yang mereka rasa, semua berubah membeku sedingin batu es. Tidak seperti hari-hari saat sebelum pertikaian terjadi antara Nadya dan ibu mertuanya. Nadya belakangan enggan menemani suaminya tidur di kamar. Jika matanya belum mengantuk, ia lebih banyak menghabiskan waktu di ruang tengah, mengutak-atik Handphone, berikhtiar mempromosikan barang dagangannya, berharap esok atau lusa akan ada seseorang yang membeli. Apalagi setelah dirinya menerima tawaran membuatkan desain gambar untuk dijadikan spanduk dan untuk dipromosikan di sosial media. Dengan ilmu seadanya ia berusaha agar hasil yang dikerjakannya tidak mengecewakan Bu Yanti Lelah berlama-lama berkutat dengan benda pipih di tangannya, akhirnya Nadya memutuskan untuk tidur. Saat hendak mengambil bantal dan selimut di kamar tak sengaj

Bab 16: Merasa akrab dengan keluarga Laras. Dengan jantung berdebar-debar dan perasaan salah tingkah, namun tetap merasa penuh percaya diri, Mak Onah berjalan mendekati Bu Anggraini. Sementara Mak Yeyen mengikuti nya dari belakang. “Ibu Hajjah Anggraini, assalamu'alaikum. Apa kabar?. MasyaAllah, semakin terlihat muda saja,” tegur Mak Onah dengan tutur bahasa yang sangat lembut dan terdengar begitu manis, setelah ia berhadapan dengan Bu Anggraini. “Ooo, Mak Onah. Sudah lama tidak kelihatan. Kesini juga?” balasnya dengan ramah. Namun terlihat natural tidak dibuat-buat. “Iya, Bu Hajjah. Saya baru membeli emas untuk ditabung biar bisa ketanah suci seperti Bu Hajjah, ” ucapnya berbohong. Membuat Mak Yeyen keheranan. “Bukannya barusan kamu menjual emas. Kenapa kamu malah mengatakan membeli emas?” tanya Mak Yeyen yang berdiri di belakangnya dengan berbisik. Mak Onah menoleh kebelakang. “Kamu diam saja!” hardik Mak Onah dengan

Bab 18: Alasan Mak Onah ingin berbesanan dengan orang tua Laras. “Apa sebenarnya yang membuat mamak sangat menginginkan menantu seperti Laras, sehingga mamak sangat membenci istriku?” tanya Wanda. “Karena Nadya istrimu itu bukan perempuan dari keluarga yang dapat menaikkan derajat keluarga kita. Mamak pikir kamu paham dengan keinginan mamakmu ini. Tapi ternyata tidak. Kamu sama saja dengan anak lelakiku yang lainnya. Padahal dulu kamu sangat mencintai Laras, dan Laras juga sangat mencintaimu,” ujarnya membuat Wanda mau tidak mau kembali terkenang akan kisah cintanya dengan laras. Tapi yang membuat Wanda tidak habis pikir adalah alasan yang diberikan Mak Onah. Baginya sangat mengada-ada dan tidak jelas. “Itu sudah berlalu, Mak. Laras itu masa lalu aku, dan sekarang masa depan aku Nadya dan anak-anakku. Tolonglah mamak paham dan menerima kenyataan jika istriku itu Nadya” tegas Wanda “Mamak hanya ingin sekali saja kamu menuruti keingi

Bab 20 : Ada apa dengan Pak Rusdi? “Pokoknya nanti, pulang dari rumah Pak Rusdi kamu harus mentraktir kita makan di restoran Padang!” ujar Mak Sri kembali mengingatkan Mak Onah tentang janjinya saat taksi online yang mereka pesan mulai berjalan menuju rumah Pak Rusdi. Seperti yang sudah direncanakan, empat sekawan tua itu kembali pergi menemui Pak Rusdi. Paranormal yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan Mak Onah. Sekaligus dapat mempermudah Mak Onah menjalankan rencana besarnya. “Iya, nanti aku bawa kalian makan ke restoran Padang. Kalian tidak usah takut. Sekarang aku banyak uang. Aku tidak akan ingkar janji,” ucap Mak Onah dengan sombong. Ia menepuk-nepuk payudaranya dan mengeluarkan bungkusan dari sapu tangan yang ternyata berisi uang. Sopir taksi online itu memandang ke empat penumpangnya dari kaca kecil yang yang ada di depannya. Baru kali ini ia mendapat penumpang nenek-nenek yang berisik. Sesekali ia tersenyum geli mendengar perdebata