Home / Rumah Tangga / AMBISI IBU MERTUA / Bab 20: Ada apa dengan Pak Rusdi?

Share

Bab 20: Ada apa dengan Pak Rusdi?

Author: Putrisyamsu
last update Last Updated: 2025-10-07 18:07:30

Bab 20 : Ada apa dengan Pak Rusdi?

“Pokoknya nanti, pulang dari rumah Pak Rusdi kamu harus mentraktir kita makan di restoran Padang!” ujar Mak Sri kembali mengingatkan Mak Onah tentang janjinya saat taksi online yang mereka pesan mulai berjalan menuju rumah Pak Rusdi.

Seperti yang sudah direncanakan, empat sekawan tua itu kembali pergi menemui Pak Rusdi. Paranormal yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan Mak Onah. Sekaligus dapat mempermudah Mak Onah menjalankan rencana besarnya.

“Iya, nanti aku bawa kalian makan ke restoran Padang. Kalian tidak usah takut. Sekarang aku banyak uang. Aku tidak akan ingkar janji,” ucap Mak Onah dengan sombong. Ia menepuk-nepuk payudaranya dan mengeluarkan bungkusan dari sapu tangan yang ternyata berisi uang.

Sopir taksi online itu memandang ke empat penumpangnya dari kaca kecil yang yang ada di depannya. Baru kali ini ia mendapat penumpang nenek-nenek yang berisik. Sesekali ia tersenyum geli mendengar perdebata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 87: Warga tercengang.

    Bab 87: Warga tercengang. Wajah Nadya dan pak Hardi memerah disertai rasa panas yang menjalar sampai ke tengkuk. Dari kaca kecil yang tergantung di depan nya Pak Hardi masih sempat melihat Nadya tersipu malu dan salah tingkah. Sementara Bude Ijum yang duduk di samping Nadya malah memandang keluar melalui jendela yang sengaja tidak ditutup. ‘Menikah? Ah, dari kemarin dia tidak juga melamarku,” gerutu Nadya di hatinya karena kesal, ia merasa berada di suatu penantian yang tidak pasti. Sekilas ia pun sempat menatap kaca kecil di depan Pak Hardi yang hanya memperlihatkan kedua bola matanya. Deg! Ia merasa darahnya berdesir. Rasanya baru kali ini ia menatap sorot mata lelaki dengan jelas meski hanya dari sebuah cermin. Tapi ia yakin tatapan itu sama sekali tidak bohong. Nadya tahu Pak Hardi juga sedang merasakan sebuah getaran yang sama dengan yang ia rasakan. Hanya saja sepertinya Tania yang duduk sendiri di bangku belakang tidak merespon per

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 86: Perjuangan belum berakhir.

    Bab 86: Perjuangan belum berakhir. “Pak Hardi tadi bicara apa?” tanya Nadya. Sebuah pertanyaan yang membuat harapannya kembali muncul. Bagaimana tidak. Meski pertanyaan itu tidak jelas. Tapi Nadya tahu pertanyaan itu sangat serius. “Itu, tadi…maksudnya…” kembali Pak merasa lidahnya terkunci. Kalimat yang harusnya sudah bisa di utarakan langsung pada Nadya harus tertahan di kerongkongan. Sebuah rasa yang sangat menyiksanya. Membuat ia hanya bisa mengumpat pada diri sendiri.Padahal ini adalah kesempatan yang tepat. Ia kembali menarik nafas panjang agar kekuatannya kembali terkumpul untuk menyatakan isi hatinya. Tapi sayangnya, saat itu pula Bude Ijum muncul dengan membawa nampan berisi bubur ayam dan segelas teh panas. “Nadya makan dulu. Ini juga aku buatkan teh panas supaya tubuhmu segar.” Bude Ijum meletakkan semangkuk bubur ayam dan segelas teh di hadapan Nadya. “Ih, Bude. Bisa tidak munculnya nanti saja. Gagal lagi…gagal lagi,” getutu

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 85: Curhat dengan Pak Hardi.

    Bab 85: Curhat dengan Pak Hardi. Nadya turun dari motornya sejenak dia diam berdiri samping motor yang selalu menemaninya pegi. Wajahnya terlihat letih. Letih menanggung rasa takut yang berlebihan. Wanita itu menghela nafas. Ia memandangi dua orang yang juga memperhatikannya dengan menyimpan sebuah pertanyaan. “Kenapa melamun disitu, Nadya?” tanya Bude Ijum dari tempat duduknya. Pak Hardi yang sebenarnya ingin bertanya mulutnya terkunci. Bukan lagi karena merasa malu. Tapi karena teringat dengan peristiwa tadi malam. “Pak Hardi saya takut Akmal pergi dari hidup saya.” Nadya mendekati Pak Hardi yang kemudian memberinya sebuah kursi kosong untuk duduk agar dapat bercerita bercerita lebih tenang. Lelaki itu sekilas menatap wajah Nadya yang terlihat sembab karena menangis semalaman. “Bu Nadya jangan berpikir yang aneh-aneh seperti itu. Tidak mungkin Akmal meninggalkan ibunya. Percaya sama saya,” ucap Pak Hardi tidak bertele-tele, dan tidak

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 84: Lamaran yang tertunda.

    Bab 84: Lamaran yang tertunda. Paginya setelah sholat subuh Bude Ijum yang merasa penasaran dengan apa yang terjadi di tempat kemalangan sengaja menemui keponakannya sambil membawa kopi dan bubur ayam hasil buatannya. “Bapakmu mana, Za?” tanya Bude Ijum pada Reza yang sedang mencuci mobil. “Di Dalam Bude. Masih ngaji,” ucap Reza sambil menyiram air dengan selang panjang ke arah mobil. “Bawa sarapan cuma untuk bapak saja. Malang sekali nasibku tidak ada yang yang mengurus. Nasib…nasib…” ucap Reza dengan suara yang sengaja dikeraskan. Mendengar sindiran pemuda itu Bude Ijum berhenti dan menoleh padanya. Tapi Reza malah pura-pura sibuk. “Kalau mau ambil sendiri sana di dapur. Tanganku cuma dua,” ucap Bude Ijum lalu meneruskan langkahnya ke teras. Saat itu pula Pak Hardi muncul dari pintu samping. “Nih, sarapan dulu. Mumpung masih hangat.” ucap Bude Ijum. “Jam berapa nanti kamu mengantar Nadya dan Tania kesana lagi?” tanya bude ijum

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 83: Akmal bertemu ayahnya.

    Ban 83: Akmal bertemu ayahnya. “Apa? Tidak! Kamu harus pulang Akmal!” Nadya menarik tangan putranya agar pergi bersamanya dari tempat itu. Namun ternyata Wanda memegangi tubuh Akmal hingga Nadya dibuatnya tertahan karena tentunya tenaga Wanda lebih kuat. “Nadya, tolong. Biarkan Akmal bersamaku. Aku mohon. Aku selama ini merindukan dia,” ucap Wanda memelas. Permohonan lelaki itu bukannya membuat rasa iba di hati Nadya, ia malah meradang. Bukan hanya karena tidak suka dengan sikap Wanda, tapi karena rasa takut kehilangan putranya lebih besar menghantui dirinya. “Ternyata kamu sudah menghasut anakku, ya! Tidak, aku tidak akan membiarkan anakku ikut denganmu. Mau jadi apa dia!” bentak Nadya di depan orang ramai. Nadya yang tidak bisa mengendalikan emosinya bersuara dengan keras di tengah keheningan suasana berkabung itu. Membuat orang-orang yang ada di dalam keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sebentar saja halaman rumah Feri sudah dikerumuni

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 82: Penolakan Tania.

    Bab 82: Penolakan Tania. “Akmal…” Seru seorang lelaki bertubuh tegap yang berdiri di depan pintu. Darah Nadya berdesir. Langkahnya terhenti. Dari jarak yang tidak terlalu dekat ia pandangi wajah lelaki yang telah menoreh luka di hatinya. Akmal yang berjalan dibelakang Nadya berlari kearah suara yang memanggilnya. Ia tahu itu suara orang sangat dirindukannya “Papa…” Seru Akmal. Begitu remaja itu sudah berdiri di hadapan Wanda lelaki itu memegang bahu anak lelakinya dengan kedua tangan. Ditatapnya wajah yang dulu kepergiannya tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya. “Kamu sudah besar, Akmal. Kenapa kamu tidak pernah menemui papa, Nak?” ucap Wanda dengan menatap lekat wajah Akmal. Tangannya yang tadi berada di atas bahu Akmal kini terangkat, ia mengelus wajah yang sedikit banyaknya menyalin wajahnya. Keadaan Wanda terlihat lusuh, sangat jauh berbeda dengan keadaannya saat madih menjadi suami Nadya. Dulu meski penghasilannya tidak jelas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status