Semua Bab AMBISI IBU MERTUA: Bab 21 - Bab 30

Bab 21: Mak Onah diperdaya oleh Paranormal. Wajah Mak Onah yang tadinya begitu antusias berubah menjadi tegang. Tak hanya kekecewaan yang dirasakannya setelah mendengar penuturan Pak Rusdi. Emosi di hatinya tiba-tiba muncul begitu saja. Bagaimana tidak. Mempersiapkan uang sebesar sepuluh juta sebagai mahar yang diminta paranormal itu bukanlah suatu hal yang mudah baginya. “Oh, bukan begitu, Nek. Urusan seperti ini sudah biasa saya tangani. Tapi asal nenek tahu dan nenek harus maklumi, sudah tentu pekerjaan saya jadi bertambah berat. Ng…” ucapnya terputus karena ingin menarik nafas. “Maksudnya bukan saya tidak mampu. Tapi memakan waktu lebih lama, dan tentunya akan menguras tenaga saya lebih banyak” lanjut Pak Rusdi dengan cepat sebelum Mak Onah menyela ucapannya. Pak Rusdi menunjukkan sikap tenang meski ia tahu keempat tamunya menunggu penjelasan darinya dengan hati tidak menentu. Terutama Mak Onah. Ia takut kedatangannya ke tempat itu han

Bab 23 : Tamu Pria Nadya, membuat Mak Onah penasaran. Lelaki yang keluar dari mobil itu memperhatikan sekeliling halaman rumah Mak Onah dan Nadya. Melihat pada halaman rumah itu terdapat ada dua rumah hatinya menjadi ragu. Ketika matanya memandang ke arah Mak Onah dan teman-temannya yang berada di teras, ia melangkah mendekati empat wanita tua yang memandang tajam padanya. “Permisi, Nek. Rumah Kak Nadya yang mana, ya?” tanya lelaki itu setelah berada di depan teras dengan sangat sopan. Mak Onah dan ketiga temannya tidak langsung menjawab. Mereka malah memandang lelaki itu dari kepala hingga kakinya. Diperlakukan seperti itu, lelaki yang mereka duga adalah selingkuhan Nadya menjadi salah tingkah. Untungnya tidak berapa lama Nadya muncul dari balik pintu. “Pak Yudi!” seru Nadya. Mendengar namanya dipanggil lelaki itu berpaling ke arah asal suara. Ia memandang Nadya yang tidak menggunakan kerudung. Setelah merasa yakin ji

Bab 25: Wanda tidak punya pendirian. “Apa yang terjadi tadi malam Mak Onah, apa mereka perang?” Tiba-tiba Mak Yeyen berbicara di samping Mak Onah yang sedang mengintip Wanda dan Nadya yang sedang menikmati kopi di teras rumah mereka. “Astaga ya ampun, kamu ini, kebiasaan, suka membuatku terkejut! Kalau aku jantungan dan pingsan memangnya kamu bisa bertanggung jawab?” umpat Mak Onah dengan spontan. Karena terkejut hampir saja ia menjatuhkan gelas di tangannya. “Ribut apanya. Lihat itu Nadya sudah keramas lagi. Benar-benar dungu anakku itu. Diberi sawah sepetak saja sudah hilang kendali, tidak bisa berpikir jernih,” umpatnya geram. “Memangnya kapan Nadya membeli sepetak sawah? Kenapa kamu tidak pernah cerita?” tanya Mak Yeyen sambil ikut mengintip. “Dasar, kamu. Sudah tua tapi akalmu pendek,” bentak Mak Onah merasa geram, karena temannya ini suka tidak nyambung jika diajak bicara. “Lihat itu, Nadya keramas lagi. Berarti tad

Bab 27: Pak Yudi menepati janjinya. Tak ingin melihat Pak Asnawi berlarut-larut dalam kesedihannya Wanda memutuskan untuk meninggalkan rumah Lelaki tua itu. Lagi pula waktu sudah menjelang siang. Ia harus menjemput kedua anaknya di sekolah dan membeli nasi bungkus pesanan Nadya. Setibanya di rumah ia masih melihat Nadiya konsentrasi dengan benda pipih di tangannya. Wanda meliriknya dengan perasaan getir. Perasaan yang menyalahkan dirinya sendiri sebagai seorang suami yang entah kapan akan mampu membahagiakan istri. “Wah, sudah jadi, Ma, Wifi nya dipasang?” tanya Akmal saat masuk rumah melihat sebuah benda pipih dengan dua antena menempel di salah satu dinding ruang tamu. “Sudah.” Nadya menjawab singkat. Matanya masih terus menatap benda pipih di tangannya. Tania yang juga terlihat senang langsung mengeluarkan handphone miliknya. “Kata seandainya apa, Ma?” tanya gadis itu terlihat tidak sabaran. “Jangan ganggu mama. Mam

Bab 29 : Kecurigaan adik Laras. Mak Yeyen tidak dapat berkata apa-apa. Ia tertunduk sambil memainkan jempol kakinya yang tersembunyi di bawah meja. Dalam hati ia berharap Wanda segera pergi dari tempat itu. “Kamu senang, ya jika rumah tanggaku berantakan!” bentak Wanda. Kali ini wajah laki-laki itu terlihat garang. “Iya, memang itu yang diinginkan kan mamakmu,” ucap Mak Yeyen tergagap. Karena Wanda membentaknya dengan suara keras tanpa sadar Mak Yeyen mengucapkan kata-kata yang seharusnya dirahasiakan. Mak Onah kaget, ia tidak menyangka Mak Yeyen mengatakannya pada Wanda. Hati perempuan tua itu sangat geram bercampur tegang. “Kalau soal itu aku sudah tahu. Dari dulu msmakku memang tidak suka denga istriku. Aku juga tahu mamaku selama ini berusaha memisahkan aku dengan Nadya.” ucapan Wanda kembali membuat Mak Onak serba salah. “Sialan Mak Yeyen. Dia malah menggagalkan usahaku. Padahal sudah susah payah aku mengambil hati Wanda.