Laras dengan cepat menarik lengan Yessa, menyeretnya ke sudut taman rumah sakit yang sepi, diapit tembok tinggi dan pohon besar. Ia sampai terengah karena panik, lalu langsung berbalik menghadap Yessa. “Kamu ke mana aja selama ini, Yes?!” suara Laras bergetar, penuh emosi. “Kenapa kamu tiba-tiba berhenti kerja? Ada apa sebenarnya?!” Mata Laras sudah berkaca-kaca, nadanya meninggi. “Kamu hilang kabar, Yes. Kamu gak pernah hubungin aku atau Ana, nomor kamu juga udah gak aktif.” “Kita khawatir banget sama kamu, sumpah! Kamu tahu gak, setiap hari aku sama Ana mikirin kamu terus?” Yessa hanya terdiam, matanya sayu, wajahnya tampak lebih pucat dari terakhir kali Laras melihatnya. Ia menunduk, menggigit bibirnya, lalu mengusap perutnya. “Ceritanya panjang, Ras,” bisiknya lirih, suaranya nyaris tak terdengar. “Tapi sekarang, aku butuh bantuan kamu.” Laras mengerutkan kening, hatinya semakin tak tenang. “Bantuan apa, Yes?” Yessa mendongak, menatap Laras dengan sorot mata memoho
Huling Na-update : 2025-11-11 Magbasa pa