Semua Bab GAIRAH PAPA MERTUAKU : Bab 41 - Bab 50

Suara letupan peluru terdengar begitu cetar dari dalam super car biru metalik dimana Hisaki dan Anthony berada. Anthony menangkis tangan Hisaki yang akan segera menembak kepalanya. Akhirnya tembakkan itu melesat ke atas. Menciptakan lubang kecil pada langit-langit mobil."Bukan aku pencurinya!" Pria itu berhasil meringkus Hisaki. Dia menatap tajam dengan kedua tangan yang mengunci pergerakkan lawannya."Lantas siapa, Bedebah?!" Hisaki masih berusaha berontak.King Babel memang sulit dilumpuhkan, namun bagaimanapun dia harus mendapatkan kembali logistik miliknya."Kamu sudah ditipu oleh Peter!" Anthony melepaskan Hisaki dengan kasar. Kesabarannya hampir habis, namun dia tak ingin berurusan dengan pria Jepang itu. Hanya buang-buang waktunya saja."Apa?" Hisaki membulatkan matanya mendengar ucapan Anthony barusan. Sial! Beraninya Peter menipunya!Awas saja pria itu, dia pasti akan mati dalam waktu dekat ini karena sudah berani kenipunya. Hisaki mendengus kesal sembari mengusap rambut

"Kyaaa!" Tessa menjerit saat Hisaki melemparnya ke tengah ranjang. Dia segera bangkit seraya mundur dari sosok di depannya yang sudah bergerak maju. "Siapa yang kau hubungi? Katakan!" Dengan wajah penuh amarah Hisaki menjambak rambut panjang Tessa sampai wajah wanita itu mendongak ke aras. Tessa berusaha kabur lagi, dia sangat marah dibuatnya. "Lepaskan! Kamu sudah menyakitiku, Hisaki!" Tessa mengerang kesakitan. Cengkeraman itu begitu kuat, bagai ratusan kawat panas yang mencabut seluruh rambutnya. "Kamu sudah membuatku kesal, Tessa! Rasakan akibatnya sekarang!" Hisaki segera membuka kancing kemejanya satu per satu. Melihat wajah ketakutan Tessa telah membangkitkan adrenalin birahinya. Dia terbakar di antara amarah dan hasrat. "Lepaskan! Aku tak mau!" Tessa berusaha berontak saat Hisaki melucuti semua kain yang melekat di tubuhnya. "Diam!" Plaak! Tessa mencengkeram alas kasur sekuatnya. Hisaki sedang menuntut kenikmatan daripadanya. Bulir bening berjatuhan ta

Sinar Matahari menerpa bangunan megah di dataran tinggi. Mansion Scoth tampak sepi beberapa hari ini. Sudah tiga hari Leo berada di rumah sakit. Kondisinya sudah mulai membaik. Alex dan Laura selalu datang setiap hari untuk menjenguknya. Pihak kepolisian sedang menyelidiki penyebab kecelakaan yang dialami oleh Presiden Direktur Scoth Company Group tersebut. Bahkan Alex pun ikut dimintai keterangan pasca kecelakaan yang Leo alami. "Kami sudah melakukan investigasi. Ini murni kecelakaan tunggal," ucap seorang polisi pada Alex dan Leo saat menemuinya di rumah sakit. Arnold terlalu cerdas dan licik. Dia bahkan tidak meninggalkan jejak sedikit pun. Pria asal Inggris itu merusak rem mobil Leo dengan keahlian montir yang ia miliki. Polisi pun tak bisa melacaknya. "Mustahil! Ini tidak mungkin! Aku yakin seseorang sudah merusak rem mobilku." Leo tidak percaya dengan kinerja para polisi. Sudah jelas ada orang yang ingin membunuhnya. "Faktanya memang seperti itu, Tuan. Namun, Anda j

Hari berikutnya Hisaki mengajak Tessa pada suatu pesta yang diadakan olehnya di sebuah hotel. Awalnya Tessa tak ingin pergi, namun Hisaki memaksanya dan mengatakan kalau dia harus membawa pasangannya untuk menghadiri pesta itu.Tessa yang keras kepala justru malah mengatakan jika dirinya bukanlah pasangan Hisaki. Jadi dia tak mau pergi ke pesta dengan pria itu.Hal itu membuat Hisaki kesal sampai-sampai memaki Tessa. Hisaki mengatakan, jika Tessa hanya wanita murahan yang sudah Arnold lempar padanya sebagai pelunas utang.Tentu saja Tessa sangat murka mendengar ocehan pedas Hisaki menilai dirinya. Bahkan pria itu juga mengatakan, jika Tessa akan tetap menjadi pasangan tidurnya sampai akhirnya Tessa melahirkan seorang penerus. Tessa sangat shock mendengar semua itu. Namun dia pun tak tahu harus bagaimana keluar dari sarang Mafia itu.Dan saat dia menunjukkan taring-taringnya ke depan Hisaki, Bos Mafia meletakkan ujung revolver tepat di tengah dahinya. Tessa sangat ketakutan. Terpaksa

"Hentikan!" Suara itu mengejutkan dua orang pria yang sedang bertatapan dingin. Baik Anthony maupun Hisaki, keduanya menoleh serempak ke arah seorang yang datang dari keremangan. Tessa, wanita itu yang menghardik mereka. Kemunculannya membuat Anthony sangat terkejut. "Tessa, kenapa keluar dari mobil? Menjauh lah! Ini tidak baik untuk kau lihat," ucap Anthony tampak tenang sembari menyembunyikan pistolnya ke balik jas. Dia tak ingin Tessa melihatnya melakukan pembunuhan sadis. Karena dia sudah menganggap Tessa seperti cucunya sendiri. "Kakek, apakah tak bisa kalau tidak membunuhnya?" tanya Tessa sembari berdiri di hadapan Anthony. Sial! Rupanya Tessa sudah melihatnya yang sedang menodongkan pistolnya pada Hisaki. Anthony hanya terdiam dan tak tahu harus menjawab apa. "Dia memang penjahat, tapi aku tak mau Kakek Anthony juga menjadi penjahat sama sepertinya." Tessa menatap Anthony dengan pupilnya yang berkaca-kaca. "Tessa, sudahlah. Ayo kita pergi." Anthony memberikan is