Hening. Sungguh sakit memang. Tapi Bu Arum juga menyayangkan kalau adiknya mengambil keputusan berpisah. Mereka tak lagi muda. Sudah punya menantu dan sebentar lagi memiliki cucu. Kesalahan iparnya memang hanya itu, tapi sungguh fatal."Bagaimana kalau besok, kamu ikut aku pulang ke Trenggalek dulu untuk sementara. Kamu memang butuh menepi, biar bisa berpikir jernih. Lalu, bagaimana dengan Vania?""Aku belum meneleponnya, Mbak.""Telepon dia. Kasihan kalau kepikiran tentang kalian. Dia lagi hamil, Ndah."Bu Endah mengangguk. "Ya, nanti Mbak."Percakapan terhenti saat azan maghrib berkumandang. Mereka bangkit untuk salat.🖤LS🖤Vania baru selesai mandi ketika ponselnya berpendar di meja rias. Handuk masih membelit antara dada hingga sebatas paha. Saat melihat nama sang mama yang ada di layar, segera disambarnya benda itu. "Hallo, Ma," sapanya tak sabar."Hai, Sayang," suara Bu Endah terdengar serak. "Mama baik-baik saja, Van. Kamu nggak perlu khawatir, ya."Vania menelan ludah. "Mama
Last Updated : 2025-09-18 Read more