Keesokan paginya, Chloe sudah bangun lebih awal, mencuci muka, dan mengenakan setelan hitam yang dia temukan di lemari. Melihat wajahnya yang tampak pucat dan lelah di cermin, rasanya memang cocok untuk pergi berziarah.Begitu melangkah ke ruang tamu, Raiden berdecak, mengambil mangkuk yang belum habis dimakan, dan sengaja menabraknya. Sup tumpah membasahi pakaiannya, disertai ejekan kejam. "Jijik banget."Chloe menatap anak yang dulu manis dan penurut, kini berubah menjadi sosok kasar dan tak punya sopan santun. Hatinya terasa perih dan sedih.Dulu, demi mencarikan guru terbaik untuk Raiden, dia rela hujan-hujanan mendatangi rumah orang, bahkan demam sampai tiga hari tiga malam. Dia mengira itu akan membuat Raiden tumbuh menjadi orang yang benar. Siapa sangka, semua jerih payahnya kalah oleh beberapa hasutan dari Monica.Chloe langsung meraih lengan Raiden yang hendak pergi dengan wajah puas, lalu berucap dengan dingin, "Minta maaf."Raiden belum pernah melihat wajahnya sedingin ini.
Read more