Cahaya pagi menyelinap melalui celah tirai, melukis garis-garis emas di atas selimut sutra. Venus terbangun dengan kepala berdenyut, matanya perlahan beradaptasi dengan lingkungan kamarnya yang familiar. Namun, sesuatu terasa berbeda. Kamarnya terlalu bersih, terlalu rapi, seperti sebuah set film yang baru disiapkan.“Tadinya aku di kedai es krim terus ... aku nggak inget lagi,” batinnya, jari-jari gemetar menyentuh pelipisnya yang berdenyut. Ingatan terakhirnya adalah Ian yang mengeluarkan black card, dan kemudian semuanya gelap. Venus tak bisa mengingat apa pun. Ia memutar kepala, menemukan Ian tidur di sampingnya. Wajahnya damai, terlalu sempurna. Tidak ada bekas bantal, tidak ada rambut yang berantakan. Napasnya teratur dan damai. Tarik ... hembus ... jeda tepat tiga detik sebelum siklus yang sama berulang.‘Dia punya black card. Sedangkan Eric nggak punya,’ pikir Venus, matanya menyapu ruangan mencari dompet Ian.‘Kulitn
Last Updated : 2025-08-21 Read more