Zira datang membawa piring sarapan. “Papa, makan dulu. Jangan terlalu lama mikirin kerjaan,” katanya ringan, tanpa mengerti bahwa bukan pekerjaan yang membuat Rayhan gelisah, tapi kekhawatiran tentang seorang gadis yang ia pedulikan terlalu dalam.Rayhan menatap putrinya, menunduk, menarik napas. “Nanti, Nak. Papa cuma … mikir sesuatu sebentar,” jawabnya, suara datar, berusaha menutupi gelombang emosi yang masih bergolak.Dia duduk di kursi, menatap luar jendela. Cahaya matahari menyusup masuk, tapi tidak mampu menembus kegelapan dalam pikirannya. Ia terus memikirkan Alesha: bagaimana ia bisa menjelaskan tanpa menekan, tanpa membuatnya takut, tanpa membuatnya mundur lebih jauh. Setiap kemungkinan membuatnya gelisah, setiap skenario yang ia bayangkan bisa berakhir salah.Pagi itu terasa panjang. Teleponnya bergetar lagi, tapi bukan Alesha. Rayhan menatap layar, wajahnya memucat. Nada dering dari dokter koas, pesan dari kolega, semuanya terasa kosong. Ia menghapus notifikasi satu per sa
Terakhir Diperbarui : 2025-10-09 Baca selengkapnya