Saat hari mulai gelap, Zira menawarkan diri untuk mengantar Alesha pulang.“Ayo, aku antar ke apartemenmu. Aku tidak mau kamu naik taksi sendirian, kamu masih terlihat shock gara-gara kata-kata kasarku tadi,” kata Zira.“Tidak usah, Ra. Aku bisa pesan taksi online,” Alesha menolak halus. Ia harus hati-hati, karena Rayhan mungkin masih berada di rumah sakit dan ia tidak ingin ada kejutan.“Tidak ada penolakan! Aku yang buat kamu menangis, aku yang bertanggung jawab,” desak Zira.Alesha akhirnya menyerah. Mereka berjalan menuju mobil Zira. Selama perjalanan, Zira menyadari sesuatu yang janggal.“Lesh, aku baru ingat,” Zira memulai, mengerutkan kening. “Kenapa kamu tidak bawa mobil ke kampus? Ayahmu itu CEO perusahaan besar, bahkan lebih kaya dari Papaku, kenapa kamu memilih naik taksi atau nebeng terus? Bukannya kamu punya mobil sendiri?”Alesha segera menyusun alibi. Ia tahu Zira, sebagai anak orang kaya, sering mengasosiasikan kemandirian dengan kepemilikan kendaraan pribadi.
Last Updated : 2025-10-30 Read more