All Chapters of Menjadi Selingkuhan Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40

Pandang mereka bertemu untuk beberapa saat. Dengan posisi yang sama-sama menyimpan apa yang mereka pikirkan. Brayan benar-benar ingin tahu kebenaran yang ada. Sedang Kayla masih berusaha untuk menutupi kenyataan sebenarnya. "Aku melihat kau saat ini berbeda, Lisa. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Deg! Kayla benar-benar tersentak mendengarnya. Hazel matanya sampai berkedip-kedip demi menutupi rasa gugupnya. Batinnya kian bergemuruh tatkala pertanyaan itu terlontar daripada mulut suaminya. Apakah Brayan sudah mulai mencurigai keberadaan dirinya? "Mas ... a—aku benar-benar tidak mengerti maksudmu. Apa yang Mas bicarakan?" ucap Kayla terbata. Bukannya menjawab pertanyaan istrinya, Brayan justru tersenyum simpul. Lalu mulai menggerakkan tangannya, menyentuh dua benda sintal milik sang selingkuhan yang hanya tertutup oleh cangkangnya itu. "Aghhh ....!" Kayla mulai mendesah lembut, tatkala mulut Brayan mulai bermain di dua gundukan kenyal milik Lisa. Tubuhnya mengejang dan mul

Mobil Brayan sudah berhenti tepat di depan rumah. Hendra segera turun dan langsung disambut oleh Bagas dengan raut wajah tanpa ekspresi. Entah anak laki-laki itu senang ayahnya bebas, entah juga tidak. Hanya dia yang tahu. Yang jelas, saat ayahnya melewatinya, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ia hanya mengekori pria tua itu hingga ke dalam rumah.Sementara di sisi lain, Brayan terus menatap selingkuhannya yang masih tertidur pulas di dalam mobil. Sesuai amanat sebelumnya, ia harus membangunkan perempuan muda itu jika mereka sudah tiba di rumah. Brayan mulai menyentuh lengan sang selingkuhan dan memanggil-manggil namanya pelan. “Lis … Lisa …. Kita sudah sampai, Lis.” Yang dipanggil bergerak. Langsung mengerjapkan mata sembari merentangkan kedua tangannya ke udara. Merenggangkan sejenak otot-otot tubuhnya yang letih karena posisi tidur sambil duduk yang lumayan lama.“Hoaamm ….” Ia menguap. Kemudian mulai mengarahkan pandang kepada Brayan dan ke sekelilingnya. Terl

"Kau baik-baik saja, sayang?" Suara Brayan membuat perempuan berambut panjang itu terperanjat. Ia lalu berbalik dan menatap kepada pria di belakangnya dengan tatapan tegang campur takut. Satu tangannya memegang gelas sedang satunya lagi berada di samping celana dengan posisi jari yang saling mencubit satu sama lain. Ya, Brayan benar. Yang dihadapinya saat ini adalah Kayla Anindita, istrinya sendiri. Walau visualnya adalah milik Lisa, tapi jiwanya adalah Kayla. Dan itu, sangat jelas Braya rasakan. "Eh, Mas. A—aku ... aku baik-baik saja. Cuma tadi tiba-tiba tenggorokanku sedikit kering dan gatal. Makanya buru-buru ambil air. Maaf ya, aku ninggalin Mas gitu aja tadi." Kayla segera meletakan bekas gelas minumnya ke atas meja. Lalu tersenyum canggung untuk sekedar menutupi rasa gugupnya. Namun, meski ia sudah berusaha keras untuk menyembunyikannya, rasa itu tetap samar terlihat dari sikap maupun ekspresi wajah yang ia tunjukkan. Sebab menutupi sebuah kenyataan, memang tidak jau

"Mas ...." Kayla melepaskan pelukannya dari Brayan. Matanya sedikit membola, tapi tidak sampai membelalak. Mendengar suaminya memanggil namanya, jelas ... membuat Kayla terkejut campur bingung. "Kau terkejut?" Brayan mengulas senyum tipis. Ia lalu mengarahkan tangan, merapikan rambut Lisa yang sedikit berantakan karena aksi panas mereka tadi. "Mas ... aku Lisa. Bukan Ibu Kayla. Mas kenapa sih? Dari kemarin asik nyebut nama mantan istri Mas terus. Mas kangen sama dia? Mas tidak menghargai aku, tahu?" Kayla kembali berlagak. Ia pun melepaskan pelukan tangan Brayan dari pinggangnya. Lalu segera memakai kimono dan berlalu keluar kamar mandi. Brayan membuang napas sejenak. Lalu ikut memakai handuk di pinggangnya dan segera menyusul Kayla. "Sayang, sayang ... tunggu. Dengarkan aku dulu." Brayan mencoba meraih tangan Lisa, tapi cepat ditepis oleh Kayla. "Jangan sentuh aku, Mas." "Aku hanya ingin kau berkata jujur," ucap Brayan dengan nada tegas tapi tidak membentak. Kay meng

"Rava?" tanya Kayla. "Eum ...." Kayla diam sejenak. Matanya tampak berkelintaran seperti orang yang sedang berpikir. "Aku rasa, aku mengenalnya," ucapnya kemudian. "Benarkah? Kau pernah bertemu dengannya?" selidik Brayan. "Eum. Dia itu pacarnya Lisa." "What? Pa—pacarnya Lisa? Jadi kau ...." Key melihat cepat ke arah Brayan. "Apa yang kamu pikirkan? Aku dan dia tidak pernah terlibat fisik apapun. Tida tahu kalau dengan Lisa. Lagi pula, kamu sudah lama berselingkuh dengan Lisa, kenapa kamu tidak tahu kalau dia punya pacar?" Brayan terdiam. Hanya helaan napas beratnya yang terdengar sekali. Dirinya benar-benar tidak tahu jika selama ini Lisa punya kekasih. Sebab, perempuan itu tidak pernah mengatakan apa-apa kepadanya. "Aku tidak tahu kalau dia punya pacar." "Dan mereka sepertinya akan menikah," jelas Kayla lagi. "Hah? Menikah?" Brayan terkejut untuk kedua kalinya. Ia tatap kembali wajah cantik itu yang juga sudah dalam posisi melihat ke arahnya. "Iya. Dan aku k