Xiumei menarik napas tajam, rasa perih di lambung kembali menikam. Gengsinya meraung, menuntut agar ia menolak tawaran itu mentah-mentah. Namun tubuhnya berbeda suara, memohon agar siksaan ini segera berakhir.Pelan, bibirnya bergerak, suara bergetar tipis. “Lakukan.”Ruangan yang tadi penuh bisik-bisik mendadak sunyi.Anli mengangguk lembut, lalu berbalik ke arah meja sisi. Jemarinya terarah tepat meski matanya tak bisa melihat jelas. “Siapkan jahe tua, madu murni, dan air hangat. Potong tipis, jangan terlalu halus, agar seratnya tetap terasa,” ujarnya tenang, seakan sedang mengajar murid kecil.Pelayan tertegun. Cuihua menahan lidahnya, lalu terpaksa bergerak menuju dapur.“Cepat!” tegur Yuze dingin, membuat semua pelayan bergegas.Tak lama, aroma jahe segar merebak. Uap panas mengepul dari mangkuk kaca bening. Anli menerima dengan hati-hati, tangannya meraba suhu di tepi mangkuk, memastikan tidak terlalu panas. Ia menambahkan madu dengan takaran presisi, mencampurnya perlahan.“Ras
Terakhir Diperbarui : 2025-08-24 Baca selengkapnya