Sementara di dalam kamar, Leon hanya bisa memandang langit-langit dengan pasrah, mencoba menahan tawa sekaligus rasa malu. “Ya Tuhan… aku pangeran perang, ditakuti di medan laga… tapi sekarang aku harus mendengar istriku palsu berpura-pura mendesah.”Ana mendengus keras, menahan tawa. “Anggap saja ini balasan karena kau selalu galak padaku!” “Apa yang kaukatakan?” kata Leon terdengar serius.Mata Ana mengerjap. Ia keceplosan, sial.“Um, anu Tuan, tolong jangan terlalu galak. Hamba suka kaget melihat Tuan marah,” imbuh Ana berusaha menormalkan perasaannya.Ana berdiri kikuk di tepi ranjang. Jemarinya meremas gaun tidurnya yang sederhana. Tatapannya berusaha ke lantai, tak berani menatap Leon.“Yang Mulia… apa aku… tidur di lantai saja?” suaranya pelan, hampir seperti bisikan.“Jangan bodoh. Kalau kau tidur di lantai, orang akan curiga. Bisa-bisa ada yang mengintip, lalu melapor bahwa kita hidup terpisah ranjang.”Ana terdiam. Ucapannya benar. Namun tetap saja, jantungnya berdetak tak
Last Updated : 2025-09-12 Read more