RAHASIA WASIAT PUTRI YANG TERTUKAR のすべてのチャプター: チャプター 81 - チャプター 90

Sailendra menatap meja kerjanya dalam diam tak melakukan apapun. Dia menarik napas sembari mendesah pelan. Bukan masalah pekerjaannya sebagai direktur rumah sakit yang berat, tetapi laporan dari Aji membuatnya tak lagi bisa berkata-kata.Tangannya terulur hendak menelepon sekretarisnya yang ada di depan, tetapi sebelum jarinya menekan tombol terdengar ketukan halus dua kali. Sailendra menyuruh seseorang tersebut untuk masuk."Oh ternyata kau dokter Sagara," kata Sailendra saat tahu yang mengetuk."Iya ini saya, Pak. Saya mau menyerahkan laporan dokter yang akan magang di rumah sakit bulan depan," jawab Sagara sembari memberikan formulir nama calon dokter."Taruh saja di meja, Dok," sahut Sailendra membuka laptopnya mencari sesuatu."Anda baik-baik saja, Pak?" Sagara memerhatikan ada kegelisahan di wajah Sailendra."Tidak ada yang perlu anda cemaskan, Dok. Saya baik-baik saja," jawab Sailendra seraya mengulas senyum.Namun perhatian Sagara tertuju pada dua lembar foto, foto yang tergel

"Masih kepikiran sama perkataan wanita tadi?"Setelah pulang dari supermarket Sagara sengaja mengajak Danastri untuk minum kopi sejenak di kafe yang ada di sebelah. Tak ada penolakan dan Danastri menyetujui ajakan tersebut."Iya, Mas. Kenapa ya ibu tadi memandangku seperti orang bingung? Apa dia mengenaliku?""Mungkin saja pernah melihatmu di suatu tempat," jawab Sagara menyerahkan sepiring kecil cake keju.Pertemuannya dengan sosok wanita paruh baya membawa kesan sendiri bagi Danastri. Pasalnya dia tak mengenali sosok tersebut. Wanita paruh baya itu memandanginya cukup lama hingga membuatnya risih lalu tangannya menyentuh kening Danastri dan menanyakan bekas jahitan.Danastri menjawab dengan sopan lalu seulas senyum manis dan menganggukkan kepala wanita itu berlalu dari hadapan Danastri dan Sagara. Tentu saja tingkah lakunya membuat mereka heran."Tapi aneh saja tatapannya tadi, Mas. Apalagi saat melihat luka di keningku," ujar Danastri sambil memperlihatkan dengan jelas."Senakal ap

Matanya menatap halaman rumah sakit yang dipenuhi oleh daun-daun flamboyan berguguran diterpa angin. Dia duduk di bangku taman mengenakan cardigan krem dan celana panjang hitam. Di pangkuannya ada map berisi hasil pemeriksaan darah miliknya yang dinyatakan normal.Tatapannya memang mengarah ke dedaunan, tetapi matanya terasa kosong. Jemarinya saling menggenggam erat. Rasanya baru kemarin saja Widipa bersamanya kini pria itu lebih banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaan atau bersama Dinara.“Mungkin memang harus begini takdirku. Kalau dia bahagia tanpa aku, aku tak seharusnya memaksa tinggal," ucap Danastri lirih seperti berbicara pada dirinya sendiri.Angin membawa suara langkah pelan di belakangnya. Sagara datang membawa dua gelas kopi kertas. Satu sudah terbuka mengepulkan aroma manis yang lembut. Dia tak langsung duduk. Hanya berdiri di samping Danastri, menatap langit yang sama."Aku sudah menduga kau ada di sini selesai pemeriksaan. Taman ini sepertinya sudah menjadi tempat fa

Udara dingin sehabis hujan deras semalam masih menyisakan embun di pagi hari. Dinginnya cuaca menembus hingga ke tulang dan hal tersebut membuat orang-orang memakai pakaian tebal.Begitu pula dengan Danastri yang mengenakan celana panjang, kaos putih ditutupi dengan jaket. Pakaian santai yang nyaman untuk dia pakai ke dokter hari ini. Sendiri lagi dan Danastri sudah terbiasa.Di tangannya ada map hasil laboratorium yang baru diambil. Dua minggu sudah dia mencoba menata ulang hidupnya tanpa Widipa dan tanpa bayangan masa lalu, tapi di setiap diamnya, nama itu masih ada di kepala."Nona, setelah satu pasien ini. Dokter Sagara akan menemui anda," ucap perawat berseragam biru kepadanya."Iya sus. Biar saya tunggu di sini saja," jawab Danastri tak ingin pergi keluar dari ruangan ini."Kalau begitu duduk saja sambil menunggu dokter Sagara, Nona. Maaf saya tinggal dulu."Ketika dia hendak duduk di ruang tunggu suara tawa lembut memecah kesunyian. Suaranya terlalu dikenal dan dia menoleh ke a

["Pak, perwakilan perusahaan dari Singapore tidak akan mengambil lagi bahan kain dari kita."]Bagas melempar semua kertas, dokumen dan apa saja yang ada di meja. Kabar dari sekretaris barusan membuatnya emosi. Dia sudah menunggu perusahaan Sky Blue yang terkenal memproduksi pakaian bagus dan dikenal tidak lagi mengambil kain dari perusahaannya.Sepuluh tahun perusahaan tersebut selalu memesan kain di tempatnya, tetapi kini mereka tak mau lagi dengan alasan tak masuk akal. Kualitas kain mereka tak sebagus dulu dan hal tersebut berakibat kerugian."Bagaimana ini, Pak Bagas? Jika begini terus kita akan mengalami kegagalan dalam menjual kain-kain.""Hal yang paling kami takutkan jika perusahaan lainnya akan melakukan hal yang sama.""Kami tidak mau tahu. Anda harus mencari solusinya!"Para dewan direksi memberi pernyataannya ketika berada di rapat pemegang saham. Dalam sebulan mereka sudah mengalami kerugian besar ketika perusahaan besar Singapore memutus kontrak kerjasama.Jika itu terja