Cahaya pagi merembes masuk melalui celah gorden, garis-garis keemasan yang menyapu lantai kamar. Aku terbangun bukan karena cahaya itu, melainkan karena suara familiar yang datang dari dapur; bunyi spatula bersentuhan dengan wajan, air keran yang mengalir, langkah kaki Dinda yang berpindah-pindah dengan ritme yang sudah aku hafal. Suara-suara pagi yang biasa, yang entah kenapa pagi ini terasa lebih nyaring di telingaku.Aku membuka mata perlahan, merasakan seprai yang dingin di sebelahku; bekas tubuh Dinda yang sudah tidak ada. Tubuhku masih telanjang, tanpa sehelai benang pun, sama seperti Dinda semalam ketika kami tertidur setelah sesi yang panjang dan melelahkan. Udara pagi yang sejuk menyentuh kulitku, membuatku sedikit merinding.Aku bangkit perlahan, meregangkan tubuh yang masih terasa pegal di beberapa bagian, kenangan dari semalam yang masih menempel di otot-otot. Tanganku meraih pakaian yang berserakan di lantai, celana, kaus, semuanya kusut dan tertinggal di sana sejak semal
Terakhir Diperbarui : 2025-10-19 Baca selengkapnya