Beberapa saat kemudian, Dinda mengangkat wajahnya. Matanya terbuka perlahan, bulu mata basah oleh keringat, menatapku dengan tatapan yang begitu dalam; penuh kebahagiaan, penuh cinta. Aku mengenali tatapan itu. Sudah bertahun-tahun aku mengenal mata itu. Tapi malam ini, ada yang berbeda. Ada semacam cahaya baru di sana, sesuatu yang asing, yang membuatku resah."Enak mas..." bisiknya dengan suara serak, napasnya masih tersengal. Bibir kami bertemu sebentar, lembut, hangat, sebelum ia melepaskan penyatuan kami. Tubuhnya merosot ke sampingku, rebah begitu saja di atas seprai yang kusut dan lembap.Kamar kami tenggelam dalam kesunyian. Hanya terdengar desahan napas kami yang berusaha mencari irama, diselingi dengungan lirih AC yang terus berputar. Cahaya lampu tidur yang temaram membuat bayangan kami memanjang di dinding, bergerak samar mengikuti naik turun dada kami. Tubuh kami basah, lengket oleh keringat. Aku sendiri enggan bergerak. Seluruh tubuhku terasa berat, tapi yang lebih berat
Last Updated : 2025-10-11 Read more