Jauh sebelum aku mencapai tujuanku, di sebuah mall, di mana parkiran basement yang luas dan sepi menanti, Wulan sudah memulai aksinya. Awalnya aku terkejut, bahkan risih, saat ia tiba-tiba memiringkan badannya dari kursi penumpang. Kepalanya menunduk, hampir menyentuh pahaku, dan detik berikutnya, tangannya yang dingin dan gesit sudah membuka ikat pinggang, kancing celana, dan resletingku.Bulu kudukku meremang hebat, bukan karena takut, tapi karena geli dan gairah yang menghantam. Di dalam sana, isi celanaku sudah mengeras, berdenyut sempurna. Jadi, ketika resleting itu benar-benar turun, Wulan langsung mendapati benda laknat, penghuni celanaku, yang kini teracung tegang di antara kedua kakiku.“Wuih… sudah bangun dan bersemangat,” bisiknya, suaranya parau dan sedikit serak. “Kamu rileks saja, ya. Tetap fokus nyetir.”Aku hanya bisa bergumam, kerongkonganku tercekat. Aku mencoba menguatkan genggaman pada kemudi, mengarahkan mobil seolah tidak ada yang aneh. Garis-garis putih di aspal
Last Updated : 2025-09-29 Read more