Lahat ng Kabanata ng Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami: Kabanata 51 - Kabanata 60

Reaksi kedua Raisa adalah heran karena bisa kebetulan sekali. Kebanyakan orang yang berbelanja sendirian merasa kesal bertemu seseorang yang dikenal.Raisa pun begitu.Bravi tidak mengenakan setelan formal hari ini, melainkan pakaian olahraga hitam polos dilengkapi dengan mantel panjang hitam. Merek yang sama dengan yang dia buang, tetapi panjangnya berbeda.Wajahnya yang tegas dan tajam masih tampak sempurna, tetapi dia tetap dingin seperti biasa.Karena sudah terlanjur bertemu, dia tidak mungkin mengabaikannya begitu saja.Raisa pun menyapanya, "Pak Bravi."Bravi menoleh dengan ekspresi dingin.Raisa sempat terpaku oleh tatapannya sejenak, tetapi tanpa berkata apa-apa, dia mengangguk, lalu mengalihkan pandangan dan lanjut melakukan pembayaran. Richard menepuk bahunya pelan dan berkata, "Keempat."Sebelum Bravi sempat memakinya, Richard sudah meletakkan kedua gelas di tangannya dan berjalan menghampiri Raisa, menyela saat dia sedang membayar tagihan. Dia tampak sangat akrab. "Halo, n

Tentu saja, Richard bukan orang yang akan jatuh cinta pada pandangan pertama, dia hanya ingin mencobanya. Siapa tahu dia bisa memicu sedikit rasa cinta?Perasaan perlu dipupuk, dan kebetulan dia memang cukup tertarik pada Raisa.Tanpa diduga, begitu dia selesai berbicara, Bravi mengangkat kelopak matanya. "Silakan."Richard berkata, "Aku itu mau mengejar wanita yang nggak kau sukai, bukannya minta izinmu."Bravi menjawab, "Aku nggak akan menghalangimu membuat Kevin jadi lelaki menderita."Richard tertegun selama beberapa detik, ekspresinya berubah, dan nadanya tidak terlalu baik, "Raisa itu wanitanya Kevin?"Mata Angga juga sedikit terkejut, lalu berkata, "Adik tirimu itu? Setauku Kevin sudah menikah. Kalau Raisa istrinya, kenapa aku belum pernah dengar soal itu? Akhir-akhir ini, Kevin malah selalu membawa seorang wanita untuk bersosialisasi."Surya menyela saat itu, "Raisa dan Kevin sudah menikah selama tiga tahun."Setelah mengatakan itu, Surya tiba-tiba tahu mengapa dia merasa menye

Sebagai sumber keuangan tetap Kota Haidon, jaringan relasi Yuliardi Group sejak masa Kakek Toni dan terus berlanjut hingga hari ini. Itu bukan sesuatu yang bisa tergantikan oleh pendatang baru. Bahkan orang terkaya di Kota Haidon karena momentum zaman seperti Ronald Anggara pun masih merasa sulit untuk memberikan hadiah kepada pihak tertentu.Jadi tak diragukan lagi, banyak orang yang ingin menjilat Keluarga Yuliardi.Raisa sudah tahu sejak lama bahwa Kevin menyukai Siska. Tetapi selama ini, itu hanyalah sekadar konsep, bukan sesuatu yang konkret.Namun dalam seminggu ini, dia telah melihat semua kenyataan itu, betapa Kevin benar-benar mencintai Siska.Dia juga merasa takjub bahwa Kevin yang selama ini memperlakukannya dengan begitu dingin bagai es, benar-benar dapat mencintai seseorang hingga sedemikian rupa...Ketika menyaksikan kasih sayang yang begitu dalam, seseorang tidak akan lagi mengajukan pertanyaan seperti, "Kenapa kamu nggak mencintaiku?" atau "Apa yang harus kulakukan agar

"Aku sudah baca dokumen yang dia kirim. Meskipun Lugi-X pernah memecahkan masalah serupa, tapi itu sudah tiga tahun lalu, detail spesifiknya juga berbeda. Kamu juga tahu kan, sedikit perbedaan saja bisa berdampak besar. Timku nggak bisa menyelesaikannya. Tapi kurasa kamu bisa mencobanya.""Tentu saja, Prof Fredi sangat murah hati karena mendapat investasi dari Yuliardi Group, mantan suamimu. Aku harus jelaskan ini dulu. Kalau kamu merasa keberatan, lupakan saja."Suri mengganti topik, "Tapi, semua orang pasti suka uang, kan?"Raisa berkata, "Tentu saja, aku nggak se-kaku itu kok. Lagian, kita kan sudah sepakat untuk kaya raya bareng.""Sudah kuduga. Sejujurnya, kontrak ini sudah ada di depan mataku, dan aku siap membantumu menandatanganinya kapan saja. Tentu saja, kontrak itu atas nama perusahaan dan lewat rekening perusahaan juga, supaya aku bisa bantu kamu bayar pajaknya."Raisa berkata, "Jangan buru-buru, aku harus periksa dokumennya dulu. Kalau aku yakin bisa, baru aku kasih jawaba

Karena ada prosedur kerahasiaan, mustahil untuk mendapatkan informasi lengkap dari keseluruhan proyek.Yang dikirim hanya yang ada masalah di dalamnya, tetapi itu pun butuh tiga puluh halaman untuk menjelaskannya.Raisa membacanya dengan cepat, pertama-tama menemukan kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan masalah tersebut kurang akurat, dan makalah yang dikutip kurang terkait, lalu mulai menyusunnya kembali.Tiga puluh halaman masalah pun dipadatkan menjadi sepuluh halaman.Kemudian dia berpikir divergen dengan mendaftar beberapa kemungkinan solusi. Lalu dengan cepat dan akurat mengunduh berbagai literatur domestik dan internasional yang relevan...Setelah memilah-milahnya, Raisa teringat sebuah buku yang diterbitkan oleh Prof Hermanto.Karena bahasanya terlalu abstrak dan teknis, jadi buku itu hanya dicetak kurang dari seratus eksemplar. Tidak ada materi visual dan teksnya di Internet.Raisa mencarinya, dan menemukan kalau perpustakaan kota memiliki satu eksemplar.Setelah pulan