Langkah Lin Yue bergema pelan di lorong istana. Dinginnya malam menyusup lewat dinding batu, membuat suasana terasa sunyi dan berat. “Qingyan, siapkan air hangat. Aku ingin mandi,” ucapnya lirih namun berwibawa. “Baik, nona.” Qingyan segera menunduk, lalu menghilang ke arah belakang. Tak lama, uap hangat memenuhi kamar. Lin Yue masuk, membersihkan diri, lalu keluar dengan rambut basah terurai di bahu. Kulitnya berkilau lembut, kontras dengan aura dingin yang terpancar dari matanya. Meja di hadapannya sudah penuh hidangan. Tiga pelayan baru tampak sibuk menata tempat tidur, gerakan mereka canggung, seakan takut membuat suara sekecil apa pun. “Kalian bertiga... kemarilah.” Suara Lin Yue terdengar datar, namun ada tekanan di baliknya. Ketiganya membeku. Mereka saling pandang, lalu maju dengan langkah ragu. Kepala tertunduk, bahu kaku. Seolah setiap napas mereka bisa menjadi kesalahan. Lin Yue menghela napas pelan, sorot matanya tajam. “Kalian belum makan, kan? Duduklah. Aku tidak
Terakhir Diperbarui : 2025-08-25 Baca selengkapnya