Lin Yue menyelesaikan kultivasinya. Pikirannya jernih, tubuhnya rileks, tapi matanya langsung tertuju pada belati yang tergeletak di meja. Ia meraih gagangnya—dingin, dinginnya menembus kulit. Saat bilah bergetar, cahaya biru melesat keluar, membentuk sosok rubah kecil berekor tiga. Mata rubah itu bersinar tajam, membuat dada Lin Yue berdebar. “Roh… suci?” bisiknya nyaris tak terdengar. Sebelum sempat mencerna, api keemasan muncul. Fenghuang terbentuk di sampingnya, kepakan sayapnya membuat udara bergetar. Suara tajamnya menusuk: “Jangan salah pilih.” Lin Yue menahan napas. Ia menatap dua makhluk agung itu, jantungnya berdentum keras. Rubah itu menunduk. “Aku memilihmu.” “Namamu?” Lin Yue bertanya, suara bergetar. “Yueya,” jawabnya lirih. Percakapan berlanjut, ketegangan menggantung di udara. Fenghuang menguji, Yueya membalas dengan senyum tenang, berjanji rela terbakar bila berkhianat. Lin Yue hanya bisa berdiri kaku di antara mereka—tapi di dadanya, tekad tumbu
Terakhir Diperbarui : 2025-09-10 Baca selengkapnya