Athena menggigit bibir, menahan rasa sesak di dadanya. Ia tahu betul, ini bukan sekadar pindahan. Ini cara Max menutup setiap celah kebebasannya. Di paviliun, ia masih punya sedikit ruang untuk bernapas. Di rumah utama, itu berarti ia akan berada di bawah pengawasan Max dan Celine setiap detik.Dengan langkah perlahan namun tegas, Athena keluar. “Kalau begitu, antar aku ke sana, Norah.”“Baik, Nyonya.” Norah mempersilakan Athena.Athena melangkah masuk, langkahnya bergema di lantai yang dingin. Aroma wangi lilin aroma terapi memenuhi udara, seolah aroma itu selalu mengingatkannya pada Celine.Di ruang tamu, Max duduk santai di sofa kulit hitam, kemeja putihnya sedikit terbuka di bagian dada, jemarinya mengetuk-ngetuk lengan kursi dengan irama santai. Sorot matanya langsung mengunci Athena begitu ia muncul di ambang pintu.Di sebelahnya, Celine duduk anggun dengan gaun merah menyala, menyilangkan kaki sambil menyesap wine. Senyum tipisnya penuh arti, tentu bukan senyum ramah, mela
Terakhir Diperbarui : 2025-08-11 Baca selengkapnya