Puspa langsung menuruti, suaranya lembut, “Kamu mau apa untuk gantinya?”Tania santai menjawab, “Belikan aku tas. Tas itu obat mujarab, segala penyakit bisa sembuh. Satu nggak cukup, setidaknya dua sebagai permulaan.”Puspa tertawa. “Ini namanya pemerasan.”Tania melotot manja. “Aku bisa memerasmu itu tanda aku menghargaimu. Orang lain mau menyuapku pun, aku belum tentu sudi.”Puspa tersenyum, bibirnya terangkat tipis. “Kalau gitu, terima kasih.”Tania mengangkat dagu angkuh. “Sama-sama.”Keduanya saling melempar canda ringan, buat suasana hati Puspa nggak lagi seberat sebelumnya. Pesawat mendarat di Kota Ubetu. Wilson berjalan lebih dulu, di belakangnya Indra. Saat berpisah, Wilson tersenyum santai, “Indra, aku ucapkan selamat dulu untuk perceraianmu nanti.”Sekejap, mata Indra menggelap, hawa dingin menyebar dari tubuhnya. Cakra yang berjalan satu langkah di belakang langsung mundur dua langkah, menjauh agar nggak ikut terseret badai. Dalam hati ia mendesah. ‘Teman nyonya ini be
Baca selengkapnya