Lihat ejekan halus yang terselip di balik senyum Puspa, kedua tangan Wulan refleks mengepal erat, tatapan matanya sekejap dipenuhi racun.Namun sebelum Indra sempat menoleh, ia buru-buru tarik napas, paksa wajahnya kembali lembut seperti biasa.Dengan suara lembut yang nyaris memelas, ia panggil, “Kak Indra.”Begitu lihat Wulan, ekspresi Indra seketika berubah. Rasa terkejut melintas di wajahnya, pandangannya otomatis turun ke perut wanita itu, dan dalam sorot matanya muncul kegelapan samar, campuran rasa tidak senang dan penolakan.“Ngapain kamu ada di sini?” Pertanyaan itu meluncur tanpa ia sadari.Wulan belum sempat jawab, Puspa sudah mendahuluinya, “Kenapa nggak? Ini kan toko perlengkapan ibu dan bayi. Kalau bukan untuk belanja, masa datang ke sini untuk makan siang?”Ia tersenyum kecil, tambahkan dengan nada yang sengaja dibuat manis, “Pas sekali, kebetulan kita ketemu. Suamiku sudah cukup berpengalaman pilih barang, sekalian saja bantu pilihkan untuk anak Wulan juga. Kasihan, ya,
Read more