Puspa menoleh sambil tersenyum, tatapannya tenang namun tajam saat ia berkata pada Endah, “Ibu, cucu Ibu yang lain sedang berbaring di dalam sana. Ibu nggak masuk untuk lihat dia?”Endah terdiam. Dulu, saat ia begitu ingin seorang cucu, bayangan bayi pun nggak muncul-muncul. Sekarang, sekali datang malah dapat dua calon cucu, ini pertama kalinya ia merasa bingung karena cucu terlalu banyak.Belum sempat Endah bicara, orang tua Wulan keluar dari ruangan.Lihat kedua pihak keluarga berhadapan, Puspa tetap berdiri dengan ketenangan yang matang, senyumnya ramah namun jaga jarak.“Kalian bicara dulu dengan tenang. Aku pulang dulu, biar sopir yang antar aku,” katanya lembut.Lihat istrinya hendak pergi, hati Indra seketika menegang. Ia cepat raih lengan Puspa.“Aku ikut dengan kamu,” ujarnya tegas.Namun tepat saat itu, suara Wulan terdengar dari dalam kamar.“Kak Indra, Kak Indra, kamu di mana?”Puspa tarik pelan tangannya yang digenggam Indra, lalu dengan sikap lapang dadaberi jalan.“Mas
Magbasa pa