All Chapters of Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku: Chapter 121 - Chapter 130

196 Chapters

Bab 121 Selama Ini Kamu Cuma Berpura-pura

Malam itu, Nelly datang lagi ke rumah Keluarga Khamauri, membuat Rizky benar-benar kesal.Sasha sedang menenangkan Cody di lantai atas. Si kecil habis minum obat, tetapi malah muntah. Wajahnya pucat dan perutnya terasa tidak nyaman.Awalnya Sasha mengusap perutnya, lalu akhirnya menggendongnya sambil berkeliling di kamar.Rizky masuk sambil menggerutu. Namun, begitu melihat pemandangan di depan mata, suaranya langsung dipelankan. "Sudah tidur?"Sasha menggeleng.Rizky mendekat pelan, menatap Cody di pelukannya. "Badannya nggak nyaman lagi setelah minum obat ya?"Nada suaranya tidak senang. "Aku sudah bilang sama mereka, obat ini selalu bikin dia nggak nyaman, seharusnya diganti saja. Tapi mereka bilang ini yang efek sampingnya paling kecil. Padahal menurutku obat sebelumnya sudah lumayan, aku benar-benar nggak paham kenapa harus diganti."Sasha juga tak terlalu mengerti soal itu. Namun, dia merasa dengan kemampuan Keluarga Khamauri, dokter pasti akan berusaha sebaik mungkin.Pasti ada

Bab 122 Sama seperti Hari Itu

Mendengar itu, Vanessa merasa agak kesal. Dia mengerutkan keningnya. "Rizky."Nada suaranya melembut. "Kamu nggak boleh ngomong begitu. Cody memang lagi nggak enak badan. Hari ini siapa pun yang gendong, pasti akhirnya bakal begini. Nggak bisa salahin Nelly juga."Kemudian, dia melirik Sasha. "Dulu Sasha juga pernah bikin Cody muntah-muntah karena suapin terlalu cepat ....""Memang pernah." Sasha segera menyela, "Waktu itu Bu Nelly dapat kabar dan besoknya datang mengingatkanku kalau urus anak kecil harus telaten, nggak boleh ceroboh."Dia lantas menatap Nelly. "Benar begitu?"Wajah Nelly memerah, lalu memucat. Dulu dia sengaja mengatakan itu di depan Indah agar Sasha terlihat buruk. Siapa sangka, hari ini kalimat itu malah berbalik ke dirinya.Rizky tertawa dingin. "Oh, jadi pernah ada kejadian begitu. Nggak malu ya?"Briar melangkah ke luar, gayanya mirip saat dia menegur Sasha waktu itu. Hanya saja, kali ini yang dipanggil adalah Nelly. "Kamu ikut aku keluar sebentar."Vanessa jelas

Bab 123 Keluarga Kecil yang Lengkap

Lampu dimatikan, mereka pun berbaring. Cody bersandar di pelukan Sasha, mencengkeram baju ibunya. "Mama."Sasha menggumam lembut sambil menepuk-nepuk punggung Cody, "Tidurlah."Dia sendiri tidak berani tidur, hanya menatap langit-langit sambil menunggu Cody terlelap agar bisa pergi. Namun, jelas sekali Cody belum mengantuk. Dia malah bergerak tanpa henti di pelukan Sasha.Sasha sudah sangat lelah, suaranya dibuat seringan mungkin. "Cody tidur ya. Kalau nggak tidur, nanti monster kecil keluar."Cody mengangguk dengan patuh. "Baik."Sasha tidak mendengar suara Briar, bahkan suara berguling pun tidak ada. Dia tidak yakin apakah pria itu sudah tidur atau belum. Kalau tidak, Sasha sungguh ingin menyuruhnya pergi, toh dia di sini juga tidak membantu, jadi sebenarnya tidak perlu ikut berdesakan.Entah sudah berapa lama, Cody belum tidur, tetapi Sasha justru kalah oleh rasa kantuknya. Begitu terlelap, dia langsung tidur sampai pagi.Sasha akhirnya terbangun karena suara berisik. Briar sedang m

Bab 124 Tindakan yang Berlebihan

Briar menunduk, melihat penjaga makam membolak-balikkan buku daftar. Dia tidak berkata apa-apa.Penjaga makam mengangkat pandangan, meliriknya dua kali. Melihat dia bukan tipe yang suka banyak bicara, dia pun tidak bertanya lebih jauh dan hanya mendorong buku daftar ke depannya. "Isi dulu datamu. Nama dan nomor telepon saja sudah cukup."Setelah mengisi, penjaga makam membiarkannya lewat, tetapi menambahkan, "Kamu datang berziarah kok dengan tangan kosong? Mana ada orang yang datang tanpa bawa apa-apa?"Briar tetap diam, langsung masuk.Kompleks pemakaman ini besar. Di sisi timur, barat, selatan, utara, masing-masing ada area makam. Di tengah ada gazebo kecil untuk berteduh. Sekelilingnya dipasang pengeras suara dan saat ini sedang memutar mantra Buddha.Briar berdiri di gazebo, mengamati sekeliling. Cukup mudah untuk mencari. Karena bukan hari raya, hampir tidak ada orang berziarah. Makam ibu Sasha letaknya agak tinggi, jadi dia bisa melihat dari jauh barang-barang yang sudah diletakk

Bab 125 Kekurangan Cinta Kasih

Sore itu, Helena datang ke rumah Keluarga Khamauri.Sasha baru saja menidurkan Cody. Dia menurunkannya di tempat tidur dan menyelimutinya, ketika pintu kamar terdorong terbuka.Helena lebih tenang dibandingkan Nelly. Meskipun masih siang hari, gerakannya saat membuka pintu sangat pelan. Dia mengamati keadaan di dalam kamar sebelum masuk. "Sudah tidur?"Dia melihat ke tempat tidur, lalu memelankan suaranya. "Sudah lebih baik, 'kan?"Sasha mengiakan. Sikap Helena masih baik. Terdengar nada permintaan maaf dari suaranya. "Dengar-dengar kemarin Nelly bikin keributan, jadi aku datang melihat."Kalau dibilang keributan, sebenarnya kurang tepat. Jujur saja, kemarin kondisi Cody sama sekali tidak ada hubungannya dengan Nelly. Bahkan kalau dia tidak muncul, Cody belum tentu bisa tidur dengan nyaman. Perutnya tidak enak, pasti tetap akan muntah.Sasha tidak menjawab. Helena menghela napas, duduk di tepi tempat tidur, ingin menyentuh wajah si kecil. Namun, mungkin karena takut membuatnya kaget, a

Bab 126 Hadir dengan Identitas Apa?

Briar sudah pergi, tetapi Rizky masih berdiri di pintu. Dia tidak mengikuti Briar.Sasha meliriknya. "Kenapa? Ada yang mau kamu bicarakan denganku?"Rizky ragu beberapa detik. "Tadi aku lihat ibunya Nelly naik. Dia sempat ngomong sesuatu yang buruk ke kamu?""Nelly memang menyebalkan, sifatnya itu nurun dari ibunya. Ibunya lebih jago berpura-pura lagi. Dari seluruh Keluarga Kusman, yang paling aku nggak suka ya wanita tua itu."Sasha tertawa. "Memangnya ada orang di Keluarga Kusman yang kamu sukai?"Rizky merenung sejenak, lalu menimpali, "Ayahnya Nelly masih lumayan. Memang bukan tipe orang yang bikin nyaman, tapi setidaknya nggak bikin muak."Sasha pernah bertemu sekali dengan ayah Nelly, Lutfi. Waktu itu dia datang bersama Helena. Mereka sempat bertatap muka sebentar di ruang tamu.Saat itu perhatiannya tertuju pada Helena, jadi dia tidak terlalu memperhatikan Lutfi. Yang dia ingat, pria itu tampak pendiam. Meskipun sorot matanya tidak begitu ramah, dia tidak seagresif istrinya.Sas

Bab 127 Dulu Aku Tidak Perlu Hadir

Briar bisa menangkap isi hati Sasha, tetapi dia tidak terlalu mempermasalahkan. "Kamu nggak perlu khawatir soal identitas, itu justru yang paling mudah diatur. Tergantung kamu mau hadir atau nggak."Sasha menggeleng. "Nggak usah deh, memang nggak perlu juga."Dia tidak pernah berniat menjalin hubungan dengan kalangan berkuasa, apalagi memanfaatkan acara seperti itu untuk membangun koneksi. Baginya tidak ada gunanya, malah hanya akan menimbulkan gosip.Briar menunduk, melihat anak kecil di pelukannya. Cody juga mendongak, menatapnya, menjulurkan tangan menyentuh wajahnya. "Papa marah.""Papa nggak marah." Briar mencium keningnya, berjeda beberapa detik sebelum melanjutkan, "Kalau nggak, aku harus pergi sama Nelly."Sasha tertegun, akhirnya mengerti maksud Briar membicarakan hal ini. Namun, dia tetap bertanya, "Kalau aku pergi, kamu nggak perlu pergi bersama Nelly?"Dengan sikap kedua keluarga yang sama-sama mendorong hubungan mereka, siapa pun yang hadir sepertinya juga tidak bisa mengh

Bab 128 Jangan Ikut

Cody kaget mendengar suara yang mendadak itu. Dia menoleh ke sana, menyapa dengan nada kurang senang, "Bibi Nelly."Cody jarang sekali menunjukkan wajah tidak senang seperti ini. "Bibi Nelly, kamu benar-benar nggak bisa jadi mamaku lagi. Aku cuma punya satu mama. Aku sudah bilang, 'kan?"Wajah Nelly agak canggung. Dia mengalihkan topik. "Kalian lagi main apa? Mau aku temani nggak?"Briar masih menatap balok di tangannya, tidak memandang Nelly sama sekali. "Ngapain kamu ke atas?" Nada suaranya tidak ketus, tetapi jelas tidak terlalu ramah.Nelly berusaha menahan emosinya. "Orang tuaku lagi ngobrol sama Paman dan Bibi, aku juga nggak bisa nimbrung. Mereka bilang aku ganggu, jadi suruh aku naik temani Cody."Sambil berbicara, dia sudah sampai di tepi ranjang. Melihat bangunan kecil yang dipasang, dia pun berseru, "Wah, hebat sekali!"Cody awalnya tengkurap. Sesudah merenung sejenak, dia duduk tegak dan menoleh ke Briar. "Aku mau Mama yang temani aku."Nelly tetap mengambil kertas pola di

Bab 129 Aku Tidak Percaya Kamu Kehabisan Cara

Rizky yang sudah berdiri sontak membeku di tempat. Wajahnya penuh dengan ketidakpercayaan saat menatap Briar.Briar mengalihkan kembali pandangannya, lalu berkata kepada Vanessa dan Angga, "Cody bosan di atas. Kami ajak dia keluar sebentar."Vanessa ikut berdiri. "Mau keluar ya?"Dia merasa agak heran. "Nelly mana? Kenapa dia nggak ikut turun?"Tidak ada yang menjawabnya. Briar dan Sasha sudah berjalan sampai ke pintu ruang tamu.Vanessa buru-buru menambahkan, "Jangan kelamaan. Cody harus minum obat. Kalian hati-hati, jangan sampai dia terjatuh atau terluka."Setelah ucapannya selesai, ketiga orang itu sudah keluar. Begitu mereka pergi, Helena ikut berdiri."Mereka sudah keluar, anakku ke mana?" Sambil bertanya, Helena segera naik. Vanessa pun ikut.Rizky masih berdiri di tempat. "Nggak bakal hilang, 'kan masih di rumah ini. Kenapa panik? Nggak mungkin ada masalah."Selesai berbicara, pandangannya tanpa sadar bertemu Damian yang sedang menatapnya dengan wajah dingin. Dia tahu ucapannya

Bab 130 Tidak Nyaman?

Briar menatap Sasha cukup lama sebelum menyahut, "Kalau kamu nggak mau pergi, aku memang punya cara untuk menghadapi masalah ini. Tapi kalau kamu ikut pergi, urusannya jadi lebih mudah."Sasha kurang lebih sudah bisa menebak alasannya. Dia mengangguk. "Ternyata begitu."Mencari berbagai alasan untuk menolak memang tidak seampuh menjadikannya sebagai tameng.Dia menarik napas, tidak keberatan dimanfaatkan oleh Briar. Toh dirinya juga punya tujuan sendiri. "Baiklah, kalau begitu kita pergi saja."Briar sempat mengira Sasha masih akan menolak dua kali. Jawaban itu pun membuatnya tertegun sebentar. Setelah sadar, dia berkata, "Gaun dan lainnya biar aku yang urus, aku bakal suruh orang menyiapkan. Kamu cuma perlu nunggu."Begitu dia selesai berbicara, Cody yang sedang bermain di sebelah pun menoleh, lalu bertanya, "Papa, kenapa kamu senyum-senyum?"Briar dan Sasha sama-sama tertegun, menoleh ke arahnya. Sasha lantas melirik Briar sekali lagi, tetapi tak melihat ada senyuman. Ekspresinya jus

...

11 12 13 14 15

...

SCAN CODE TO READ ON APP