บททั้งหมดของ Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku: บทที่ 141 - บทที่ 150

Sasha tidak ingin membahas tentang Briar, apalagi dalam situasi seperti ini. Jadi, dia tidak menanggapi ucapan Halat dan hanya mengulum senyum sambil meraih ponsel dan membuka pesan Briar.Yang dikirim adalah draf pakaian formal. Siapa yang mengerti hal ini? Sasha hanya melihatnya sekilas lalu membalas Briar, menyuruh pria itu yang memutuskan sesuka hatinya.Tidak ada balasan dari Briar. Sasha pun menaruh kembali ponselnya.Entah apa yang sedang Halat pikirkan. Dia memandangi Sasha selama beberapa detik, lalu tiba-tiba tersenyum penuh arti.Sasha pura-pura tidak menyadari tatapan Halat. Dia hanya menunduk dan mulai makan, tidak bicara sepatah kata pun.Ada beberapa rekan kerja satu devisi di dekat sana. Beberapa saat kemudian, mereka mulai membicarakan urusan pekerjaan.Sasha tidak punya input apa pun dalam topik itu. Jadi, dia hanya mengabaikan mereka.Ketika Sasha meletakkan sendok garpunya, Halat juga sudah selesai makan. Melihat wanita itu masih di kursinya, dia berinisiatif berdir

Indah tidak jadi mengucapkan apa pun. Dia hanya mengatupkan bibir dengan raut muram, lalu duduk kembali.Melihat itu, Lia pun bergeser lebih dekat dan mengusap punggung majikannya. Namun, Indah melambaikan tangan dan berkata, "Nggak perlu."Tanpa berkata apa-apa lagi, Sasha langsung berjalan melewati taman bunga menuju gedung utama.Rizky tidak berada di rumah. Di tempat parkir tadi, Sasha juga tidak melihat mobilnya.Ketika Sasha bertanya pada pembantu, mereka juga tidak tahu dan hanya berkata bahwa Rizky buru-buru pergi sekitar setengah jam lalu. Mereka menebak ada urusan mendesak di perusahaan.Sasha bergumam mengerti, lalu naik ke atas.Cody masih tidur, tetapi melihat anak itu mulai berguling-guling di tempat tidur, artinya dia akan segera bangun.Sasha duduk di tepi tempat tidur, ragu-ragu beberapa detik. Akhirnya, dia mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Briar, memberitahukan hasil tes darah tadi.Tidak ada balasan, tetapi Sasha tidak peduli. Setelah menyimpan ponselnya, dia

Ucapan Briar membuat Sasha membeku. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Sebenarnya, aku nggak terlalu butuh permintaan maafnya."Itu hanya perkara membuka dan menutup bibir. Kata maaf tanpa ketulusan itu tidak berarti apa pun bagi Sasha.Saat itu, demi sopan santun, Sasha tidak punya pilihan selain berkata tidak apa-apa. Membayangkan harus berpura-pura saja sudah membuatnya muak.Sasha menatap Cody dan melanjutkan, "Tapi, dia memang harus minta maaf dan memberi penjelasan pada Cody."Cara bicara Helena saat itu pasti kurang baik. Anak-anak mungkin kurang memahami makna tersirat dari ucapan orang dewasa. Namun, mereka bisa merasakan niat baik atau buruk yang terkandung di dalamnya.Belakangan, bukan hanya satu atau dua kali Cody bertanya pada Sasha mengapa Indah begitu galak hari itu. Dia berkata bahwa dia takut.Terlepas dari rasa benci Helena pada Sasha, dia tidak seharusnya melibatkan anak kecil dalam konflik orang dewasa."Kamu mungkin nggak peduli, tapi aku peduli. Dia tetap ha

Keesokan harinya, Sasha duduk di halaman belakang sambil melihat ikan koi. Ikan-ikan gemuk itu bergerombol ketika melihat seseorang di tepi kolam, membuka dan menutup mulut mereka di atas permukaan air.Cody sedang tidur di lantai atas. Jika tidak, Sasha tentu sudah membawanya ke sini. Bocah kecil itu pasti kegirangan saat memberi makan ikan.Sasha bersandar di kursi. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki seseorang di belakangnya.Kursi kayu di sebelah ditarik keluar. Rizky duduk, menghela napas dengan gaya yang dibuat-buat dan berucap, "Besok sudah mau pergi ya? Bikin iri saja. Kamu tahu? Kakakku sudah memesan tiket pesawat."Sasha tidak tahu, tetapi dia juga tidak terkejut. Setelah pergumulan panas di ranjang semalam, dia bangun terlambat hari ini.Ketika Sasha terjaga, Briar masih ada di kamar. Hanya saja, dia sudah berpakaian rapi, sedang mengurus sesuatu di ponselnya sambil berdiri di depan jendela.Melihatnya bangun, Briar memberi tahu bahwa mereka akan berangkat besok.

Sasha tidak tahu mengapa Indah mengatakan hal-hal itu padanya. Dia hanya menepuk-nepuk Cody dalam dekapannya, tidak mengatakan apa-apa."Anak itu sudah menyukai Briar sejak kecil, selalu mengekorinya ke mana-mana. Keluarga kami juga berhubungan dekat, wajar kalau mereka berdua dijodohkan," tambah Indah.Saat berkata sampai di sana, Indah berhenti sejenak. Entah apa yang dipikirkannya, dia lagi-lagi mendesah sebelum berkata, "Sebenarnya ini bisa dimaklumi. Kalau nanti benar-benar terjadi, itu juga bukan masalah besar. Hanya saja, sayang sekali ... nggak ada yang mengira situasi akan menjadi seperti ini."Sasha yang tidak mengerti hanya menatapnya dengan alis berkerut.Indah seolah kesal sendiri setelah bicara panjang lebar. Dia melambaikan tangannya lagi dan berujar, "Lupakan, kenapa aku membicarakan ini denganmu? Pergilah ke atas. Aku ingin duduk sendirian menghirup udara segar di sini."Malam itu memang berangin. Sasha khawatir Cody akan masuk angin, jadi dia mengiakan dan bergegas na