All Chapters of Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku: Chapter 131 - Chapter 140

Rizky belum pergi, melainkan menunggu di tempat parkir. Melihat Sasha datang dengan diseret Briar, dia langsung menebak, "Apa ibuku membuat masalah denganmu lagi?""Seharusnya nggak deh. Kemarin saja ibuku masih memujimu, bilang kalau kamu sudah dua kali membantu Nenek waktu ada masalah. Katanya kamu berbeda dengan ayahmu," ujar Rizky dengan heran.Rizky tidak sedang menghibur Sasha, Vanessa memang berkata demikian. Saat itu, suami istri Keluarga Kusman juga berada di lantai bawah bersamanya. Sekalipun hanya komentar sambil lalu, itu cukup untuk menunjukkan bahwa pandangan Vanessa terhadap Sasha sudah lumayan membaik.Rizky tidak mengerti mengapa ibunya kembali menyusahkan Sasha. Dia bertanya pada Briar, "Ibu bilang apa?""Bukan apa-apa," sahut Briar. "Berangkatlah, sebentar lagi kamu akan terlambat."Briar sudah melepaskan tangan Sasha. Dia berbalik dan berkata padanya, "Nggak perlu khawatir macam-macam. Cukup dengarkan aku. Kalau ada masalah, ceritakan padaku."Sasha mengiakan, lalu

Begitu melihat Briar, Kennedy langsung ciut, tidak berani berteriak terlalu keras. Dia menenangkan diri sejenak sebelum berkata, "Aku nggak bermaksud jahat. Aku nggak menyakitinya, aku hanya datang untuk memohon belas kasihan."Briar menarik Kennedy sedikit ke samping, lalu menoleh dan bertanya pada Sasha, "Kamu nggak apa-apa?"Cengkeraman Kennedy tidak kuat. Sasha menggeleng dan menyahut, "Aku baik-baik saja."Briar lantas mendorong Kennedy menjauh dan berucap tanpa ekspresi, "Buat apa kamu ke sini?"Kennedy memegangi pergelangan tangannya, entah seberapa besar tenaga yang Briar kerahkan. Yang jelas sekarang dia hanya bisa meringis kesakitan.Namun, Kennedy tetap menjawab, "Aku ingin memohon belas kasihan. Aku sudah memasarkan rumah untuk dijual, uangnya akan kuberikan sebagai kompensasi bagi kalian. Bisakah kalian membebaskan istriku?"Briar hanya menatapnya tanpa bicara.Kennedy mengira Briar sudah melunak, jadi dia maju lebih dekat dan melanjutkan, "Aku nggak bohong, rumah itu aku

Pikir Sasha, dia hanya akan makan siang bersama Indah dan Cody. Tak disangka, Briar pulang ke rumah saat waktu makan hampir tiba.Sasha menggendong Cody memutari pintu ketika bocah kecil di dekapannya itu berseru, "Papa pulang!"Terkejut, Sasha berbalik dan melihat ke arah pintu. Benar saja, Briar kembali dan sudah berjalan menuju koridor.Pria itu jelas melihat mereka juga. Saat Sasha menoleh, bibirnya sudah mengulas senyum. Dia menatap Cody dan merentangkan tangannya.Cody menggeliat dalam gendongan Sasha sambil berkata, "Papa, gendong."Sasha hanya berdiri di tempat, menunggu Briar datang.Ketika Briar hendak meraih Cody, tangannya melewati tulang selangka Sasha dan sedikit menyentuh dadanya. Meski sentuhannya halus, itu cukup untuk membuat tubuh Sasha menegang. Dia tidak bisa menahan diri untuk mengingat kembali momen semalam.Briar menerkam Sasha tanpa ampun hingga membuat tubuhnya perih. Namun, di tengah kegilaan itu, Sasha sempat tersadar untuk mengeluh, "Nggak bisakah kamu lebi

Nelly mengabaikan cibiran Rizky dan hanya berkata, "Baguslah kalau Cody baik-baik saja. Aku juga khawatir, sama seperti kalian semua."Lantaran tidak nyaman dengan tubuhnya yang sedikit basah, Nelly menambahkan, "Baiklah, karena dia nggak apa-apa, aku pulang dulu."Nelly berbalik dan berjalan pergi. Baru beberapa langkah dari pintu, orang-orang di dalam ruangan mendengarnya menyapa, "Bibi."Kemudian, terdengar suara Vanessa bertanya, "Apa Cody baik-baik saja?""Ya. Ada Sasha yang menghiburnya di sini," jawab Nelly.Vanessa tidak menanggapi. Nelly pun melanjutkan, "Sudah larut. Aku juga sudah lega memastikan Cody baik-baik saja. Bibi, aku pamit dulu, nggak ingin mengganggu.""Mana bisa kamu pulang sekarang?" kata Vanessa.Mendengar itu, Rizky yang berada di dalam kamar memanyunkan bibirnya, berucap dengan suara pelan, "Lihatlah, sudah kuduga akan seperti ini."Di luar, hujan masih turun disertai guntur dan kilat. Vanessa tidak mungkin membiarkan Nelly pulang di tengah cuaca seperti ini.

Briar berada di lantai atas. Dia sedang membantu Cody yang baru bangun mencuci muka dan menyikat gigi.Rizky berjalan mendahului. Kemudian, dia berhenti di pintu, menghalangi Sasha masuk. Dia berucap dengan suara rendah, "Lihatlah kakakku. Di luar dia sangat tegas, semua orang di perusahaan takut padanya. Tapi, di rumah dia adalah pria yang sayang keluarga.""Siapa pun yang menikah dengan pria seperti ini pasti akan bahagia di masa depan," tambah Rizky sambil tersenyum.Sasha menatap Rizky dan membalas, "Lalu kenapa kamu nggak seperti kakakmu?"Rizky tertegun, lalu membelalakkan matanya dan berucap, "Aku memuji suamimu dan kamu malah mengejekku? Sasha, gimana kamu bisa bicara seperti itu?"Sasha memperingatkan dengan alis berkerut, "Jaga bicaramu. Aku nggak bisa berbuat apa-apa waktu kamu mengatakan ini di depanku. Tapi, kalau ibumu dengar, dia akan memarahimu lagi." Usai berkata demikian, Sasha masuk ke kamar.Briar telah mendengar kegaduhan itu dan mengetahui kedatangan mereka, tetap