Lahat ng Kabanata ng Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku: Kabanata 161 - Kabanata 170

Setelah Briar kembali, Sasha bertanya tentang pria gitar itu. "Dia sudah punya istri atau pacar ya?"Briar berdecak sebelum menimpali, "Aku mau buat kamu penasaran. Kenapa nggak kasih aku kesempatan?" Dia meletakkan piring daging panggang, menarik tisu untuk menyeka tangan, lalu menjawab, "Dia sudah menikah."Kedatangan pria itu kali ini juga untuk melakukan perjalanan dinas. Pekerjaannya sudah selesai, tetapi dia tidak pulang lebih awal. Kemungkinan besar dia juga bukan orang yang jujur, sampai istrinya selalu mengecek keberadaannya setiap malam.Tadi ada yang menghubungi, tetapi pria itu tidak menjawab dua kali. Penelepon merasa ada yang tidak beres, lalu menghubunginya lagi tanpa henti. Briar menekan pria itu dan melihatnya dari yang pura-pura tenang sampai tidak bisa menyembunyikan kepanikannya.Sasha mengernyit sembari bertanya, "Terus?"Briar membalas, "Terus, aku yang pegang kendali, sedangkan dia cuma bisa pasrah."Sebenarnya ini juga bukan masalah besar, hanya sebatas omongan

Setelah berjalan agak jauh, Sasha buru-buru menarik kembali tangannya. Mendengar Briar tertawa, dia segera menoleh dan bertanya, "Kenapa ketawa?"Briar menjawab, "Aku lupa tanya, kalian bicara apa waktu bertemu kemarin."Begitu Briar mengungkitnya, Sasha langsung teringat pada kejadian kemarin, terutama kata-kata yang dirinya ucapkan. Tentu saja tidak boleh diberitahukan kepada Briar.Sasha berjalan ke depan sembari berujar, "Mereka tertarik padamu dan tanya padaku boleh semeja sama kita nggak. Aku bilang nggak boleh."Briar menyusul Sasha dan membalas, "Itu saja? Aku nggak percaya. Hari ini, aku bertemu pelayan yang memotong daging panggang untukmu. Dia ada di samping kemarin. Mungkin dia ingat percakapan kalian. Aku akan tanyakan padanya nanti."Sasha mengernyit sambil bertanya, "Kamu masih ingat pelayan yang memotong daging untukku itu?""Ingatanku selalu bagus. Kamu akan tahu setelah kembali nanti," timpal Briar.Sasha terkekeh-kekeh, lalu mengulangi kata-kata Briar barusan. Ucapny

Sebelum tidur malam itu, Briar melakukan panggilan video ke rumah lama. Rena tidak menjawab, jadi dia menelepon Rizky.Panggilan itu baru diangkat ketika hampir ditutup secara otomatis. Rizky berada di kamarnya, tampak sudah hendak tidur."Apa Cody sudah tidur?" tanya Briar."Sudah. Kondisinya hari ini sangat baik. Dia bermain cukup lama siang tadi, jadi tidur lebih awal," jawab Rizky.Briar mengangguk dan berkata, "Aku menelepon pembantu di lantai atas, tapi nggak dijawab.""Mungkin ponsel mereka sudah dalam mode senyap, jadi nggak tahu ada telepon. Waktu Cody tidur, mereka mengatur ponsel ke mode senyap," ujar Rizky.Briar tahu hal ini, tetapi dia tetap berkata, "Aku belum lihat Cody, jadi aku khawatir. Apa semua baik-baik saja di rumah?"Rizky membeku sejenak, lalu membalas, "Iya dong, apa yang bisa terjadi coba?"Sasha yang sudah berbaring segera membalikkan badannya saat mendengar ini.Briar bersandar di kepala ranjang, menatap layar ponsel dengan ekspresi yang sangat serius. Seol

Keesokan hari, keduanya menumpang taksi ke tepi sungai. Pulau kecil itu terletak di tengah sungai. Mereka perlu naik perahu untuk mencapainya.Briar pergi membeli tiket, sementara Sasha menunggu di tepi sungai.Permukaan air yang berkilauan entah mengapa membuat Sasha pusing dan sedikit mual. Dia segera berbalik memunggungi sungai dan berdiri.Sasha tidak mabuk perjalanan, tetapi dia belum pernah naik perahu. Dia tidak tahu apakah dirinya mabuk laut.Beberapa saat kemudian, Briar kembali dengan dua tiket. "Sudah dibeli," katanya.Mereka menunggu sekitar sepuluh menit di tepi pantai, lalu sebuah perahu datang dari tengah sungai. Setelah berlabuh, tiket penumpang diperiksa, lalu mereka pun dipersilakan naik. Sasha dan Briar adalah penumpang yang terakhir naik.Merasakan perahu sedikit bergoyang, Sasha buru-buru berpegangan pada lengan Briar. Briar merangkul pinggangnya dan berkata, "Ke sini."Hanya ada beberapa kursi di perahu dan semuanya sudah terisi. Keduanya berdiri di sisi perahu, b

Rena awalnya menolak, berkata dengan sungkan, "Nggak, nggak perlu. Nona nggak perlu membelikan saya hadiah."Sasha langsung menyodorkan tas tangan itu dan membalas, "Ini bukan barang mahal, hanya kubeli waktu kebetulan melihatnya."Setelahnya, Sasha mengganti topik pembicaraan dan menanyakan kabar Cody hari ini. Dia sempat menelepon saat sedang transit siang tadi. Namun, saat itu Cody sedang tertidur, Sasha tidak melihatnya dengan jelas.Sasha duduk di tepi ranjang, mengelus wajah Cody yang mungil. Pipinya lembut, tetapi terlihat sedikit kurus."Tuan Cody baik-baik saja selama dua hari terakhir, tapi hari itu dia sangat ketakutan. Tuan Damian dan Nyonya Vanessa nggak berhenti khawatir." Rena menghela napas dan melanjutkan, "Saya dengar Nyonya Indah pun naik darah hari itu dan memarahi Nyonya Vanessa."Mungkin karena telah menerima hadiah dari Sasha, Rena bicara lebih banyak dibanding sebelumnya. Katanya, "Dulu Nyonya Indah sangat menyukai Nona Nelly. Sebelum Tuan Cody jatuh sakit, kedu