Semua Bab Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku: Bab 41 - Bab 50

Sasha memarkir mobil di seberang kafe tempat dia janjian dengan Angga. Dia tidak langsung turun, hanya duduk di dalam mobil.Selama itu, Angga sudah dua kali keluar kafe, berdiri di depan pintu sambil celingukan. Kelihatannya mulai kesal karena menunggu terlalu lama dan mencoba mencarinya. Dua kali dia keluar, dua kali pula dia tidak melihat siapa-siapa, lalu kembali masuk dengan wajah masam.Setelah menunggu sebentar, Sasha akhirnya turun dari mobil dan berjalan pelan ke kafe. Begitu membuka pintu, dia langsung melihat keluarga yang beranggotakan tiga orang itu.Angga duduk menghadap ke arahnya, sedang menatap ke luar jendela. Karen dan Clara duduk membelakanginya. Ibu dan anak itu duduk berdampingan."Sok hebat," cela Clara. "Memangnya dia pikir tinggal di rumah Keluarga Khamauri sudah hebat banget? Aku sudah cari tahu kok, dia cuma disuruh lahirin anak, rahimnya disewa. Habis lahiran juga pasti langsung ditendang keluar. Baru begitu saja sudah jual mahal sama kita."Dia bahkan berde

Sasha menutup telepon, lalu menoleh pada Angga. "Jadi, kamu ke sini cuma buat bicara omong kosong? Bukan buat minta maaf?"Angga tertegun. Dia tidak menyangka Sasha masih terus mempermasalahkan hal itu. Tentu saja dia tahu Sasha hidup susah selama ini. Makanya, saat Sasha bilang ingin Karen dan Clara bersujud minta maaf, dia juga tidak terlalu kaget.Kalau sedang emosi, siapa pun bisa bilang hal-hal menyakitkan. Seperti dulu waktu dia marah besar, lalu menyuruh Sasha pulang untuk bersujud kepada Karen dan Clara.Namun ternyata, Sasha sepertinya tidak main-main. Dia benar-benar serius. Bersujud? Jelas itu tidak mungkin.Angga pun berpura-pura menghela napas berat. "Kita bicarakan baik-baik di rumah. Ini tempat umum, jangan ngomong yang aneh-aneh."Dia menambahkan, "Kali ini aku ke sini bukan buat bicara omong kosong. Ibumu ...." Dia sempat terdiam, lalu mengganti sapaan, "Maksudku, bibimu dan Clara memang minta ikut. Bahkan sebelum terakhir kali aku ketemu kamu, mereka sudah bilang mau

Menjelang sore, Sasha menerima kabar dari dua perusahaan tempat dia melamar. Benar saja, tanpa gangguan dari Angga, keberuntungannya cukup bagus. Dia lolos wawancara dari kedua perusahaan.Telepon dari kedua perusahaan itu datang hampir bersamaan. Sasha akhirnya memilih perusahaan yang menelepon lebih dulu.Pihak perusahaan sedang butuh tenaga kerja cepat, jadi mereka meminta Sasha langsung mulai bekerja besok pagi. Keduanya sepakat soal jadwal itu.Sasha sangat senang. Bahkan saat makan malam, dia makan lebih banyak dari biasanya.Setelah makan, dia naik untuk menemani Cody, sekaligus menjelaskan bahwa besok dia akan mulai bekerja.Cody agak bingung. "Jadi, nanti Mama juga kayak Papa? Sering nggak di rumah?""Nggak," jawab Sasha. "Mama nggak bakal sibuk banget. Kita tetap bisa ketemu setiap hari."Dia memeluk Cody erat-erat, mencium kepala botaknya, dan merasa sangat bersalah.Yang bersalah adalah orang dewasa, tetapi yang paling banyak menanggungnya adalah anak-anak.Setelah bermain

Briar sudah pulang, jadi pembantu mulai menyajikan makan siang.Cody digendong ke ruang makan, lalu didudukkan di kursi makan anak-anak. Kursi makan itu berada di sebelah Briar, sementara Sasha duduk di seberangnya.Saat pembantu membawakan peralatan makan, Sasha menerimanya sambil bertanya, "Bukannya kamu sibuk? Kenapa siang ini pulang lagi?""Sekarang nggak terlalu sibuk," jawab Briar. "Barusan dari rumah sakit, pulangnya langsung ke sini."Sasha mengangguk, lalu bertanya, "Gimana kondisi nenekmu?""Baik-baik saja," jawab Briar. "Nggak ada masalah serius. Nenek sudah tua, ditambah waktu itu Cody sakit, beliau ikut khawatir dan begadang, jadi agak kelelahan. Dua hari lagi mungkin sudah bisa keluar dari rumah sakit."Sasha membalas, "Syukurlah." Kemudian, tak ada lagi percakapan.Cody makan cukup pelan. Setelah selesai makan, Briar lanjut menyuapi anak itu. Sasha juga pernah menyuapi si kecil, tetapi melihat cara Briar sekarang, dia harus mengakui dirinya memang kurang sabar.Cody suda

Sasha memegang ponselnya dan berdiri. Semua rekan kerjanya sudah duduk. Ada yang berkumpul untuk membicarakan pekerjaan yang belum diselesaikan, ada yang berkumpul untuk membicarakan hal lain.Sasha tidak memberi tahu rekan kerjanya. Lagi pula, tidak ada yang memperhatikannya. Sasha berniat langsung diam-diam keluar.Alhasil, salah satu orang yang duduk di depan meja makan memanggil saat Sasha baru berbalik, "Sasha?"Orang itu bertanya, "Kamu mau pergi ke mana?"Sasha menghentikan langkahnya dan berbalik lagi. Orang yang memanggilnya adalah manajer divisinya, Dylon.Sasha mengangkat ponselnya dan menyahut, "Oh, ada yang telepon aku. Aku mau keluar untuk jawab panggilan telepon sebentar."Dylon melihat Sasha sambil bertanya, "Pacarmu ya?"Sasha menjawab, "Bukan, keluargaku."Dylon menimpali, "Oke. Kamu jawab panggilan teleponmu saja."Sasha segera keluar dari ruang privat. Ponselnya sudah berhenti berdering, jadi Sasha menelepon Briar kembali.Briar langsung menjawab panggilan telepon,