All Chapters of Karena Anak, CEO Memohon Jadi Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

Cody tertidur nyenyak dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Sasha duduk di samping. Sekarang masih pagi, Sasha tidak buru-buru pergi.Awalnya, Sasha dan Briar tidak bicara. Akhirnya, Briar yang memecah keheningan. Dia berkata, "Aku nggak menyangka kamu akan cari kerja. Memang bosan kalau cuma di rumah setiap hari. Sebenarnya aku berniat mendaftarkan kursus untukmu, jadi kamu bisa mempelajari ketrampilan."Sasha yang terkejut menyahut, "Ha?"Briar menjelaskan, "Aku sudah menghubungi guru tempat kursus untuk datang mengajar di rumah. Aku pikir dengan begitu, kamu bisa mengerjakan sesuatu di rumah sambil menjaga Cody."Namun, Sasha sudah mencari pekerjaan. Briar juga tidak bisa melarangnya. Sasha hanya datang untuk membantu, bukan menjual diri kepada Keluarga Khamauri. Briar tidak mungkin terlalu mengekang Sasha.Setelah beberapa detik, Briar melanjutkan, "Setelah masalah ini beres, aku akan beri kamu uang. Kamu nggak akan kekurangan uang seumur hidup."Briar terdiam sejenak. Awa

Belum sempat Sasha menjawab, Dylon sudah buru-buru menjelaskan, "Terima kasih karena kemarin sudah mengantar aku pulang. Ini cuma tanda terima kasih kecil, jangan ditolak ya."Rekan-rekan kerja yang ada di ruangan langsung menoleh, tatapan mereka tertuju pada hadiah dari Dylon. Dari tampilan luarnya, sepertinya itu sekotak kue kering. Kotaknya berwarna pink, dihias pita warna-warni. Meski tidak terlihat mahal, jelas sekali hadiah itu dipilih dengan cukup perhatian.Sasha pun buru-buru berkata, "Wah, nggak usah repot-repot, tadi juga kebetulan searah."Namun, Dylon hanya membalikkan badan dan kembali ke meja kerjanya, "Sudah terlanjur beli, terima saja ya."Di sebelah Sasha duduk seorang rekan kerja wanita. Dia sempat mengintip ke arah kotak itu sambil bercanda, "Kak Dylon, kami nggak kebagian ya?"Dylon bahkan tidak menoleh dan menjawab santai, "Kemarin kamu 'kan nggak antarin aku."Sasha yang melihat situasi seperti itu, langsung meletakkan kotak kue itu ke meja rekan kerjanya, "Aku t

Sasha agak terkejut dan buru-buru berkata, "Nggak perlu."Sambil bicara, dia menunduk dan membilas sendok garpu dengan air panas. "Aku ini cuma pegawai kecil, nggak sampai harus diperhatikan sama bos. Orang-orang di kantor juga baik, kerjaannya nggak berat, masih bisa aku tangani."Briar mengangguk singkat dan tidak memaksanya lagi, "Baiklah."Setelah itu, mereka tidak lagi berbicara. Sampai ketika makanan disajikan, suasana tetap hening. Saat itulah ponsel Briar berbunyi. Dia mengeluarkannya dan mengangkat telepon. Nada bicaranya tenang, tetapi Sasha tidak bisa menebak siapa yang ada di seberang sana."Ya, aku sudah keluar."Beberapa detik kemudian, dia berkata lagi, "Belum tentu, ada urusan sedikit."Orang di seberang telepon berbicara sejenak, lalu Briar menanggapi, "Dia nggak di rumah. Jam segini biasanya dia istirahat."Sasha refleks berpikir bahwa yang menelepon pasti Rizky. Dulu saat Briar pulang ke rumah keluarga di jam makan siang, Rizky sempat menelpon. Jadi, dia mengira kali

Bukan cuma karena jarak mereka yang terpisah oleh jalanan, sehingga tidak cocok untuk menyapa satu sama lain. Selain itu, dengan hubungan Briar dan Sasha, mereka tidak mungkin bersikap akrab di hadapan orang luar. Karena itu, setelah bertatapan beberapa detik, Sasha langsung mengalihkan pandangannya.Dylon masih berdiri di samping mobil. Pengamatannya cukup tajam. Hanya dalam beberapa detik, dia sudah bisa merasakan ada sesuatu yang janggal. Dia pun bertanya, "Orang di seberang itu temanmu?"Sasha pura-pura tidak paham, "Siapa?"Dylon tersenyum, "Kalau begitu, sepertinya bukan."Lalu, dia mundur beberapa langkah dan berkata, "Hati-hati di jalan." Barulah Sasha menyalakan mesin dan mengemudikan mobil pergi.Perjalanan berakhir di rumah Keluarga Khamauri di lereng bukit. Begitu memasuki ruang tamu, Sasha langsung tertegun.Indah sudah keluar dari rumah sakit. Kondisinya terlihat cukup baik. Dia sedang duduk di sofa sambil meminum ramuan obat. Melihat Sasha masuk, dia hanya melirik sekila

Begitu pintu terbuka, Nelly langsung mencondongkan tubuhnya, berusaha mengintip ke dalam kamar.Sasha tidak bergeser, dia tetap berdiri di ambang pintu, "Bu Nelly ada perlu apa?""Briar ada di sini, 'kan?" tanya Nelly, "Dia ada di kamarmu?"Seolah untuk membenarkan ucapannya, dari arah kamar mandi tiba-tiba terdengar suara flush toilet dan air mengalir dengan deras. Nelly tertegun, lalu refleks menoleh ke arah suara itu.Tak lama kemudian, Briar keluar. Saat melihat Nelly berdiri di pintu, dia terlihat agak terkejut. "Kenapa kamu ke sini? Bukannya tadi bilang mau jenguk Nenek?"Nelly menggigit bibirnya, "Nenek minta aku naik ke atas untuk mencarimu."Dia ingin melangkah masuk, tapi setelah ragu beberapa detik, langkahnya terhenti. "Briar, kita sudah beberapa hari nggak ketemu. Kamu turun, kita ngobrol sebentar, ya?"Briar berjalan menuju lemari pakaian. "Aku capek, mau istirahat dulu."Sasha merasa kurang nyaman terus berdiri di pintu, jadi dia berbalik ke tempat tidur untuk duduk dan