All Chapters of Pembalasan Sang Putri Pengganti : Chapter 111 - Chapter 120

“Sudah kutebak kalau Mama tidak akan memberikan begitu saja sahamnya ke Elina. Bagaimanapun, Elina juga tidak terlalu berhak mendapatkannya,” kata Samantha.Jhonny diam menatap pada Samantha yang terus membahas soal wasiat Magentha. Dia diam karena kehilangan satu-satunya orang tua yang dimilikinya.Melihat diamnya Jhonny, Samantha malah menyipitkan mata, kedua tangannya terlipat di depan dada saat tubuhnya bersandar di sandaran sofa.Satu kakinya disilangkan, dia menatap tak senang dengan sikap suaminya lalu membalas, “Apa kamu berpikir kalau Elina berhak mendapatkan saham Mama? Atau kamu sedang berencana memberikan sebagian saham Mama padanya?”Jhonny menatap Samantha yang sekarang sedang memberikan tatapan tajam padanya. Dia menghela napas kasar, lalu membalas, “Kamu bicara apa? Aku sedang berduka karena Mama tiada, tapi kamu terus menerus membahas soal harta.”“Kenapa? Kenapa aku tidak berhak membahasnya? Jika aku diam, aku yakin kamu akan memberikan hartamu ke Elina juga,” ketus

Darren mengambil kartu dari tangan Elina, dia mengamati dengan seksama sampai bola matanya membulat sempurna.“Darren, apa kamu tahu kartu apa itu?” tanya Elina memastikan saat melihat reaksi Darren yang agak berlebihan.Darren menatap pada Elina, lalu dia berkata, “Jika aku tidak salah, ini adalah kartu akses ke brankas bank di Swiss. Apa nenekmu pernah ke sana?”Elina sangat terkejut mendengar penjelasan Darren, dia menatap curiga pada Darren lalu dia bertanya, “Dari mana kamu tahu kalau ini akses bank di Swiss, Darren?”Darren sadar jika tak sengaja menunjukkan kalau dia tahu banyak hal, tapi dia bisa mengelak dengan berkata, “Ada logonya, ini logo bank di Swiss. Kamu bisa cek jika ragu.”Elina mengerutkan kening. Dia membuka ponselnya lalu mencoba mencari tahu soal logo yang Darren maksud. Benar saja, logo di kartu hitam peninggalan neneknya, memang milik salah satu bank internasional di swiss.“Apa maksudnya ini? Kenapa Nenek memberiku kartu akses ini?” tanya Elina sambil menatap

Darren tersentak, matanya membulat sempurna bahkan kedua tangan di belakang punggungnya kini mengepal kuat. Dia menatap tak percaya pada apa yang baru saja dikatakan Samantha.“Melindungi Nona Eleanor? Tapi, kenapa tiba-tiba sekali, Nyonya?” tanya Darren memastikan. Darren kemudian ingat kejadian kemarin, Eleanor tiba-tiba saja memintanya menemani pergi ke luar, pasti ada sesuatu dan sepertinya inilah jawabannya.“Apa aku perlu alasan untuk mengganti pekerjaanmu?” Samantha menatap curiga, dia menelisik ekspresi wajah Darren, membaca sikap pria di depannya ini untuk memastikan apakah yang dikatakan Eleanor benar atau tidak.Darren melihat tatapan aneh dari Samantha. ‘Apa Samantha hanya sedang mengujiku atau ada maksud lain? Atau benar dia mulai mencurigaiku?’ batinnya.“Anda tidak memiliki alasan untuk menugaskan saya. Saya hanya penasaran saja, Nyonya. Tapi jika memang saya harus mengawal Nona Eleanor, tentu saya akan mengawalnya dengan segenap jiwa saya, seperti janji saya saat masu

Darren dan Max terkejut bersamaan, begitu juga dengan Elina yang langsung menggeser posisi duduk hingga menatap Eleanor.“Ke klub malam? Untuk apa kamu ke sana, Ele? Kita sedang berkabung, kenapa kamu malah berniat bersenang-senang? Dan, kamu lupa kalau ginjalmu bermasalah, kamu tidak boleh minum alkohol.”Darren terkejut mendengar Elina mengetahui semua tentang Eleanor, meskipun Eleanor tak baik pada Elina.Eleanor hanya tersenyum mendengar ucapan Elina, setelahnya dia membalas, “Tenang saja, Eli. Temanku tidak akan menyediakan alkohol untukku. Kita hanya akan bersenang-senang, terutama kamu. Kamu harus bisa melepas kesedihanmu.”Elina mengerutkan kening, kenapa sikap Eleanor membuatnya sangat tidak nyaman, terutama ke senyum Eleanor yang sangat aneh baginya.Mendengar penjelasan Elina, Darren mencengkram erat stir kemudi. Ginjal sang kakak diambil untuk menyembuhkan Eleanor, lalu sekarang wanita itu mau seenaknya bersenang-senang setelah sehat. Darren tersenyum pahit.Namun, demi ta

Darren dan Max masih berdiri di depan pintu. Darren beberapa kali menoleh ke pintu, mencemaskan Elina tapi tidak bisa sembarang masuk begitu saja.Saat Darren masih larut dengan kegelisahannya, pintu ruangan di belakangnya terbuka, membuat Darren langsung membalikkan tubuhnya begitu juga dengan Max.Eleanor keluar dari ruangan itu dan langsung menutup pintu, dia terkejut dengan reaksi sigap Darren yang langsung menoleh.Melihat Eleanor keluar sendiri, Darren akhirnya bertanya, “Anda mau ke mana, Nona?” “Aku mau ke toilet sebentar,” balas Eleanor sambil menatap curiga pada sikap Darren. Eleanor memperhatikan Darren yang kembali menatap pintu, lalu dia berkata, “Elina masih di dalam, kami belum selesai.”Darren tersentak mendengar ucapan Eleanor, dia menyadari jika sikapnya pasti membuat Eleanor curiga.Eleanor menatap datar pada Darren, tanpa berkata-kata lagi, dia melangkah ke arah toilet berada.Mau tidak mau, Darren harus mengikuti dan mengawal Eleanor. Sebelum pergi, Darren menat